P.22 [friends]

167 44 12
                                    

Ruang rekreasi sudah hampir sepi, tinggal murid-murid senior saja disana. Olivia tinggal sedikit lagi menyelesaikan tugasnya malam itu.

Sepasang mata menatapnya dekat sekali tiba-tiba, Olivia bisa terjatuh meskipun sedang dalam posisi duduk.

"Apa sih!" Bentak Olivia sewot, hampir semua mata langsung tertuju padanya.

"Maaf" Balas Haechan kemudian duduk di sofa empuk ruang rekreasi.

"Sudah marahnya? Sudah mau bicara denganku lagi?" Sindir Olivia.

Haechan menunduk, "Maaf ya" Olivia menoleh kebelakangnya dan mendapati Haechan benar-benar merasa bersalah.

"Iya iya, sudah tak usah begitu, bikin tambah jelek saja" Olivia jadi tak enak sendiri.

"Kudengar dari Jeno, kau dan Felix-"

"Sudah tak usah dibahas" Olivia mengangkat sebelah telapaknya didepan wajah laki-laki itu.

"Kenapa? Bukannya suka sama dia?"

"Kata siapa? Apa aku pernah bilang begitu?" Olivia pun lanjut pura-pura menulis. "Aku tak bisa bersama Felix sedangkan aku suka dengan laki-laki lain" Tambahnya seperti berbisik.

"Kau menyukai anak lain? Siapa? Ceritakan padaku cepat, sudah masalah Felix tak cerita padaku" Protes Haechan.

"Tapi aku belum yakin soal itu"

"Selalu begitu, beritahu aku kalau kau sudah yakin! Awas kalau sampai tidak"

Olivia berdecak, "Banyak omong, kau yang akan pertama tau, aku janji"

"Oke!"


° w o l f s b a n e °


Malam yang berat telah terlewati. Jeno dan Heejin berjalan kembali ke asrama mereka bersama. Jeno terus menunduk disepanjang jalannya ke asrama.

Heejin tak tau lagi bagaimana seharusnya ia bersyukur setiap kali melihat Jeno tanpa luka-luka ditubuhnya, semalaman ia menemani Jeno bersama dengan kepala sekolahnya juga, dan tak ada sedikitpun rasa kantuk. Ramuannya bukan menyembuhkan Jeno tapi merubah pikiran Werewolf dalam tubuhnya yang liar dan akan melukai setiap manusia yang ia lihat, menjadi lebih tenang.

Jeno berhenti melangkah, Heejin yang menyadarinya ikut berhenti, "Ada apa?"

Jeno mendongak padanya, "Jangan pernah menemuiku lagi saat aku menjadi-" Jeno berhenti bicara. "Aku sangat berterimakasih padamu, tapi jangan menemuiku saat aku akan berubah, kumohon"

"Kenapa bilang begitu?"

Ragu-ragu Jeno meraih tangan gadis itu.

"Jeno?"

"Jangan.." Katanya lemah.

"Aku akan membuatkanmu ramuan dan memberikannya padamu langsung di Shrieking Shack setiap bulan, menemanimu semalaman jika perlu, tak akan ada yang bisa menghentikanku" Jawab Heejin emosional.

"Sudah kubilang jangan begitu!" Jeno mulai berteriak. Tanpa sadar pegangannya pada pergelangan Heejin semakin kuat dan menyakitinya.

"Lagi-lagi kau begini, Lee Jeno! Kau punya teman disini, dan kondisimu bukan sesuatu yang seharusnya kau sembunyikan dariku, dari mereka, sahabat-sahabatmu. Aku akan terus menemanimu, kau tak bisa merubah keputusanku"

"Bagaimana aku bisa membiarkan orang yang kucintai melihatku berubah menjadi monster, Jeon Heejin!" Bentak Jeno lagi.

Air mata Heejin meluncur mulus dipipinya.

Wolfsbane ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang