Terang cahaya matahari menyelinap tepat ke mata Lee Jeno. Padahal kedua matanya sudah tertutup rapat tapi ia masih merasa terganggu, ia menggunakan ujung lengannya untuk menghindari cahaya itu.
“Sudah kubilang kau tidak diizinkan masuk!” Samar-samar ia mendengar Madam Pomfrey berteriak, diujung ruangan lainnya.
“Tapi dia itu temanku, Madam! Aku harus melihatnya sakit apa!”
“Kan aku sudah memberitahumu, dia demam tinggi, dia harus istirahat penuh, dan kau hanya akan mengganggu waktu istirahatnya!”
“Beri aku waktu dua menit saja untuk melihat keadaannya, apa itu bahkan bisa mengganggu!” Orang itu berteriak semakin keras, saat Jeno sadari ia kenal betul siapa itu.
Jeno langsung terbangun, lupa jika luka-lukanya belum sembuh total. Ia meringis menahan sakit.
“Biarkan aku masuk, Madam!”
Suara pintu didorong-dorong terdengar semakin membuat Jeno panik.
Kemudian bunyi kedebam keras memekakkan telinga. Madam Pomfrey masuk dan menemukan Jeno yang sudah duduk terbangun. Wajahnya masih tampak kesal dan rambutnya sedikit berantakan.
“Oh kau sudah bangun? Temanmu, Na Jaemin memaksakan diri untuk masuk dan melihat keadaanmu”
“Ah begitu” Jeno sebenarnya ingin tertawa dengan kelakuan sahabatnya itu, tapi ia sangat tidak ingin ditemui saat ini, tidak dalam kondisi ini. “Maaf sudah merepotkanmu Madam”
“Oh tidak tidak, aku akan lakukan apapun untuk pasien-pasienku”
Bunyi ketukan kecil dipintu datang lagi, mengalihkan Madam Pomfrey.
“Kalau sampai itu Na Jaemin lagi, aku akan benar-benar mementung kepalanya”
Tentu saja Jeno tak mau itu terjadi.
Tak ada keributan saat pintu dibuka. Madam Pomfrey kembali dengan menggendong seekor kelinci putih bersih dengan warna abu-abu bulat disetiap sudut bibirnya.
“Oh bukankah dia lucu sekali” Kata Madam Pomfrey.
“Itu kelinci Jeon Heejin”
Dikaki kecil mungilnya terikat sebuah surat beramplop diikat dengan pita merah.
“Oh kalau begitu ini pasti surat dari dia” Madam Pomfrey memberikan surat itu dan juga Joy—kelinci peliharaan Heejin, pada Jeno.
Jeno mulai membuka surat itu dan memangku Joy di pahanya. Tulisan rapi Jeon Heejin memenuhi setiap sudut kertas perkamen itu.
Lee Jeno, bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik? Kuharap begitu. Aku khawatir sekali seharian ini. Aku bahkan tak bisa menjawab quiz-quiz Professor Slughorn, matilah aku. Belum lagi kelas kita bersama asrama Slytherin, Jaemin terus menggangguku dengan menanyakan dirimu, tentu saja aku tak memberitahunya apapun, kau tak perlu khawatir. Aku hanya bilang kau memang demam semalam dan Jisung percaya kau memang demam. Hari ini kita akan ke Hogsmeade. Kuharap kau bisa ikut, tapi kau sebaiknya istirahat penuh dan juga aku sudah mintakan tambahan ramuan Dittany pada Professor Slughorn.
Baiklah, aku akan membiarkanmu istirahat sekarang, aku harap kondisimu semakin membaik!
Salam sayang,
Temanmu yang bisa menjaga rahasia dengan sangat baik, Jeon Heejin.
Jeno menutup surat itu sembari mengelus bulu putih bersih Joy “Kau seharusnya tak menulis itu” Gumamnya sendiri.
° w o l f s b a n e °
Na Jaemin mengeratkan jaketnya dimusim salju berangin ini, sudah berdiri siap disebelah Kim Minju, tak memerdulikan pandangan menilai dari masing-masing asrama. Tak jauh dari mereka, Heejin juga mengeratkan pelukannya pada tubuhnya sendiri karna memang sangat dingin, ia sedang bersama dengan Park Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolfsbane ✔
Fantasia[Wizarding Worlds AU] Menyimpan sebuah rahasia bukanlah hal mudah. Ada alasan tertentu suatu hal disimpan sendirian, tak ingin menyakiti orang-orang tersayang, Lee Jeno lebih memilih untuk mengubur rahasianya dalam-dalam, sampai seorang gadis singa...