P.20 [amortentia]

177 41 12
                                    

Sudah beberapa hari ini Haechan tak bicara dengannya. Padahal Olivia hanya ingin membantunya agar permusuhannya dan anak-anak Dreamies tak berkelanjutan. Setiap Olivia menyapanya ia pura-pura tak dengar dan pergi. Kesalnya lagi, ia menjadi diam belakangan ini, sepertinya setan yang selalu merasuki tubuhnya yang tak bisa diam itu sudah pergi.

Saat murid-murid asrama Slytherin dalam perjalanan kekelas Professor Binns, Olivia berusaha mengejar Haechan yang jauh didepan.

“Hei sudah kubelikan Dungbombmu nih, masih marah?”

Haechan tak menjawab.

“Aku cuma mau membantumu baikan dengan anak Dreamies, apa menyebalkan sekali?!”

Olivia mulai berteriak-teriak.

“Kau suka dengan Felix ya??”

Olivia kaget sampai terbatuk-batuk, “Apa? Siapa katamu? Kata siapa?”

“Apa pentingnya kata siapa? Kau suka atau tidak?”

Olivia menggeleng ragu.

“Jangan bohong!”

“Tak tau, aku masih bingung!”

Mereka berdua jadi berteriak-teriak di koridor itu, tak peduli siapapun yang lewat.

“Kenapa tidak bilang padaku?!”

“Kau marah karna aku tak bilang?”

“Berhenti balik bertanya, jawab dulu pertanyaanku!” Haechan masih tak mau merendahkan suaranya. Baru kali ini Olivia lihat dia begitu serius, dan mungkin ini juga pertama kalinya Olivia mau menangis hanya karna dibentak.

“Karna nanti kau mentertawaiku!”

“Buat apa aku tertawa, kalau kau memang serius suka sama dia”

“KALIAN TIDAK MASUK KELASKU!” Professor Binns datang dari belakang tubuh mereka ikut berteriak.

“Setan!” Kata Olivia kaget.

Professor Binns melihat tubuhnya sendiri.

Haechan yang masih kesal, masuk duluan kekelas itu.

Olivia mengikutinya.

“Dengar nona Hye, aku tau aku Professor yang sudah mati, tapi tak perlu mengingatkanku dengan kata setan seperti itu”

“Maaf Professor” Olivia bermuka muram, ia pun masuk ke kelas dengan lunglai.


“Boleh aku duduk disini?” Sapa Haechan menunjuk sebelah bangku Jaemin yang kosong.

Jaemin menggeser tasnya, “Asal tak mengganggu”

Dan Haechan pun duduk disana.


Sepanjang pelajaran Professor Binns, tak ada sesuatu yang menarik, hanya Haechan perhatikan Huang Renjun memang sangat aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan selama dikelas. Baguslah, ia sudah baikan dengan anak Dreamies, daftar anak-anak yang bisa diconteki pun bertambah.

Murid-murid Slytherin maupun Ravenclaw akhirnya meninggalkan kelas setelah selesai. Renjun berlari ke meja tempat Haechan dan Jaemin duduk.

“Aku mau mencari Jeno, mau ikut?” Tanyanya ditujukan pada Jaemin tentu saja.

Jaemin tentu saja mau ikut, ia mengangguk.

“Memangnya ada apa dengan Jeno?” Haechan bertanya santai.

“Kau sendiri kenapa tiba-tiba duduk dengan Jaemin?” Renjun masih sinis.

“Hei kan aku sudah minta maaf pada kalian semua”

Wolfsbane ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang