"Heejin darimana malam-malam?" Tanya Jaemin.
Jelas ia tak bisa menceritakan apapun tentang Jeno, ia berfikir cepat mencari jawaban.
Pintu lukisan nyonya gemuk yang masih terbuka, menampakkan kepala seorang prefek perempuan Gryffindor, Kim Minju, yang muncul dari dalam.
Oh! Heejin langsung mengerti.
"Kau sendiri darimana malam-malam?" Heejin malah balas bertanya.
Jaemin sudah kikuk, wajahnya kelihatan sedang mencari-cari jawaban. "Ah a- aku dari-"
"Kita dari tempat Professor Flitwick, iya!" Minju menjawab mendahului. "Kalau begitu aku masuk dulu" Minju pun segera menghilang dari pandangan.
Heejin mengabaikannya dan berjalan masuk kedalam asramanya.
"Hei kan tadi aku tanya kau darimana" Jaemin menahan tangannya.
"Kau sebaiknya kembali ke asramamu, daripada cari masalah dengan Filch. Ini sudah malam" Heejin melepaskan tangan laki-laki itu dan naik kedalam pintu lukisan.
Ruang Gryffindor sudah sepi, tentu saja, ini sudah cukup malam, Jisung sudah tak ada disana. Cahaya api perapian begitu tenang membuat suasana ruangan ini menjadi lebih hangat. Heejin beranjak duduk di sofa tempat ia, Jeno dan Jisung duduk tadi. Semakin hangat semakin ia mendekat pada perapian.
Bagaimana ia akan melewati malam ini tanpa rasa khawatir, dan ia tak bisa menceritakan ini pada siapapun termasuk Jaemin. Ia sempat ingin berteriak dan memberitahukan semuanya pada Jaemin tadi, tapi ia sudah berjanji.
Heejin ingin pergi ke Shrieking Shack sekarang juga, tapi ia tak bisa ber-Apparate dengan baik. Ia juga tak bisa pergi menyelinap keluar, belum lagi Jeno akan marah besar jika tau Heejin pergi menemuinya. Jeno bisa membentaknya lagi.
Tubuh Heejin perlahan merendah di sofa itu sampai pada posisis berbaring.
° w o l f s b a n e °
Madam Pomfrey memandangnya dengan tatapan malang, Jeno benci pandangan semacam itu, tapi ia akan lebih benci jika luka-luka ditubuhnya ini tak bisa disembuhkan dengan cepat dan membuat teman-temannya bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya.
Sedetik sebelumnya Professor Dumbledore memberitahukan segala rahasia Jeno pada Madam Pomfrey, tak ada pilihan lain. Luka ditubuhnya lebih buruk dari malam-malam bulan purnama lainnya, selain melukai dirinya sendiri ia juga melukai kepala sekolahnya, betapa memalukannya itu.
Tapi Professor Dumbledore terus menenangkan Jeno dengan mengatakan jika luka yang ia terima bukan apa-apa dan jelas ia baik-baik saja.
Pakaian Jeno, jaket tebal itu sobek parah dimana-mana, ia hampir terlihat sama persis dengan gelandangan di dunia Muggle.
"Aku akan racikkan obatnya Professor" Kata Madam Pomfrey kemudian pergi keluar.
Jeno terus menunduk tak berani menatap. "Maafkan aku Professor" Suaranya serak seperti menahan sesuatu. Tenggorokannya terasa sakit.
Professor Dumbledore duduk disebelahnya dan menaruh salah satu tangannya dipundak anak itu. Belum sempat berkata untuk menasehatinya setelah sekian kali, Jeno bergumam lagi disebelahnya.
"Apa sebaiknya aku keluar dari sini?" Nadanya sangat lemah.
"Kau sebaiknya menepis jauh-jauh pikiran seperti itu. Tapi jika kau benar-benar ingin keluar, itu adalah keputusanmu, apa kau akan merasa lebih baik jika kau keluar dari sini? Kehilangan pendidikan, kehilangan pertemanan yang sudah kau bangun selama disini" Ia berhenti sejenak dan menoleh, "Teman-temanmu pasti akan bertanya-tanya jika kau pergi, dan apa yang akan kau katakan pada mereka-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolfsbane ✔
Fantasy[Wizarding Worlds AU] Menyimpan sebuah rahasia bukanlah hal mudah. Ada alasan tertentu suatu hal disimpan sendirian, tak ingin menyakiti orang-orang tersayang, Lee Jeno lebih memilih untuk mengubur rahasianya dalam-dalam, sampai seorang gadis singa...