P.21 [aconite]

172 48 11
                                    

Malam-malam Jeno tak bisa tidur. Padahal sudah tengah malam. Pikirannya dipenuhi dengan gadis itu, Jeon Heejin.

Kadang ia berfikir untuk menuangkan ramuan Amortentia yang ia dapatkan pada minumannya.

Apa dia gila? Kemudian ia akan memikirkan bagaimana caranya Jaemin dan Minju bisa putus dan ia akan membantu Heejin untuk bisa dekat dengan sahabatnya itu. Namun hati terdalamnya tak mau itu terjadi.

Seharusnya ia bersyukur dengan adanya seorang Kim Minju.

Bodohlah! Otaknya sudah terlalu penuh.

Ia harus menemui Professor Slughorn sekarang juga.


Ia berjalan digelapnya malam dengan sihir Lumosnya. Dengan hati-hati takut lukisan-lukisan disepanjang koridor terbangun.

Jeno mengetuk pintu kayu itu begitu sampai, pikirannya telah membawa dia keruangan Professor Slughorn malam-malam.

Professornya mungkin sedang tidur. Tapi apa boleh buat ia harus menyingkirkan ramuan itu secepatnya.

Ia sedikit kaget saat melihat Professor Slughorn membukakan pintu bukan dengan pakaian tidur.

"Jeno?? Ada apa malam-malam kesini?" Tanya Professor Slughorn.

Suara Professor Dumbledore terdengar dari dalam menanyakan hal yang sama. Jeno melihat kedalam ruangan dan samar-samar ada Professor Snape dan Professor McGonagall juga.

"Apa ada acara Professor?" Tanya Jeno.

Professor Slughorn membenarkan jasnya yang memang sudah rapi, "Kami ada- ekhmm rapat"

Jeno ber-oh ria. "Maaf mengganggu Professor, tapi aku mau menyerahkan ini" Jeno pun menyodorkan ramuan pink dalam botol itu.

"Amortentia, kenapa dikembalikan?"

"Aku tak bisa memberikannya pada gadis itu Professor, aku akan merasa bersalah. Lagipula aku tak mau dicintai seseorang dengan guna-guna"

"Oh begitu rupanya" Professor Slughorn memerhatikan ramuan itu sekali lagi di tangannya. "Memang sebaiknya kau tidak menggunakannya. Kalau begitu selamat malam"

"Tapi Prof-"

Jeno maju selangkah saat Professor Slughorn menutup pintu. Namun pintunya sudah tertutup rapat, kini berjarak sejengkal dengan hidungnya.

"Professor.." Gumam Jeno. Padahal ia masih mau tanyakan apa dia sudah melakukan hal tepat dengan tidak menggunakan ramuan itu.

Apa boleh buat ramuan cinta didepan mata telah lenyap.


° w o l f s b a n e °



Sabtu pagi, Heejin tak memiliki rencana apapun, hari cerah ini ingin ia habiskan dengan cara berbeda, tidur seharian mungkin.

Niatnya batal saat ia membuka kelambu tempat tidurnya dan mendapati burung hantu Professor Slughorn bertengger manis di jendela kamar membawa sepucuk kertas.

Disana Professor kesukaannya itu menuliskan untuk segera menemuinya pukul sembilan pagi diruangannya. Jangan-jangan pencurian lagi yang akan Heejin lakukan.

Atau biasanya jika Professor Slughorn sampai mengirim surat seperti ini, artinya ada sesuatu yang menarik yang ingin ia beritahu padanya dan Heejin tak keberatan kehilangan hari tidur sehariannya selama itu Professor Slughorn, bukan Professor Snape.


Saat Heejin masuk keruangan Professor Slughorn siang itu, wajahnya tampak sangat bersemangat, Professor Slughorn bergerak secepat yang ia bisa menuju meja ruang tengahnya, ia meraih kotak yang tak asing bagi Heejin, itu adalah kotak yang Jeno berikan padanya saat memberikan tumbuhan Dittany.

Wolfsbane ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang