Perth, Australia.
"Good morning." Haruto menyapa dengan suara serak khas bangun tidurnya. Jeongwoo yang sedang menyiapkan cereal ke dalam mangkuk mengangguk sebagai jawaban. "Cuci muka sana atau nggak mandi sekalian." Perintah Jeongwoo.
Haruto berjalan mendekat ke arah Jeongwoo yang sibuk menuangkan cereal ke dalam mangkuk mereka. Laki-laki itu hanya terdiam seraya memperhatikan Jeongwoo. Sementara lelaki yang diperhatikan otomatis menatapnya sambil mengerutkan dahinya bingung, "Kenapa liatin aku?"
Haruto menggeleng sambil melipat bibirnya. "Aku kira kamu masakin aku sarapan. Padahal aku pengen dimasakin sama kamu,"
"Kita 'kan mau pergi, Haru. Tadi aku bangunnya telat jadinya nggak sempet masak. Maaf.." Jeongwoo menatap Haruto yang sejak tadi berdiri di dekatnya, "Makan ini aja ya. Gapapa 'kan? Atau kamu mau makan di luar aja nanti sekalian beli di jalan?"
Haruto menggeleng dengan cepat. Tentu dia tidak akan membiarkan sarapan paginya yang telah disiapkan oleh Jeongwoo jadi sia-sia. Meski dia tidak dapat mengelak kalau di dalam hatinya ia ingin merasakan makanan buatan Jeongwoo. Namun, dia juga tidak bisa memaksa terlebih lagi memang mereka hari ini akan pergi.
Haruto menarik pinggang Jeongwoo untuk mendekat kepadanya. Hal yang tiba-tiba itu membuat yang ditarik jadi terkejut. Kedua tangan Haruto langsung melingkar di pinggang Jeongwoo lantas ia tersenyum sambil berucap lembut, "Gapapa sayang aku makan ini aja. Makasih ya udah nyiapin sarapan.."
Jeongwoo terdiam beberapa detik sebelum akhirnya tersadar. Lantas ia melepaskan tangan Haruto dari pinggangnya membuat laki-laki yang lebih tinggi darinya beberapa centi itu melipat bibirnya sebal. "Kamu cuci muka dulu sana!" Perintahnya.
Bukannya langsung pergi ke kamar mandi, namun Haruto justru menarik kursi meja makan dan duduk dengan rapih di sana. "Haru, kok malah duduk sih? Aku bilang cuci muka bukan malah duduk disitu."
Haruto melipat kedua tangannya dengan rapih di atas meja—persis seperti anak SD jika disuruh sikap duduk rapih oleh gurunya. "Nggak mau ah." Tolak Haruto. Jeongwoo melirik padanya, "Loh kok gitu?"
Kini Haruto merubah posisi kedua tangannya menjadi menopang dagunya di atas meja. Netra lelaki itu balik menatap Jeongwoo dengan bibir yang mengerucut. "I haven't tasted my morning kiss today. So, I don't want to wash my face before I get it hmm." Haruto mengangkat bahunya seolah tidak ingin memberi alasan lain atas pertanyaan Jeongwoo.
Ada gitu mantan minta morning kiss?
Jeongwoo memutar bola matanya. Dia beralih ke dapur untuk mengambil sesuatu dari sana, "Cuci muka atau aku pukul pake ini?" Jeongwoo mengangkat teflon nya.
Haruto bergidik ngeri melihat tatapan galak dari Jeongwoo. Ia langsung bangkit dari kursinya, "Astaga, Woo! Masa aku mau dipukul pake teflon? Kamu yang bener aja dong?!"
"Aku kasih kamu morning kiss pake ini, Haru. Mau kamu?!" Jeongwoo mengarahkan teflon tersebut ke arah Haruto. Seolah-olah ia benar ingin memukul lelaki itu dengan alat memasaknya yang satu ini.
Kedua tangan Haruto otomatis terulur ke depan untuk menghentikan aksi Jeongwoo yang terkesan sungguh-sungguh ingin memberinya morning kiss dengan alat masak itu. "Jangan ih! Tega banget masa aku dicium pake teflon?!"
Jeongwoo melotot ke arahnya. "Udah sana makanya! Haruto, kamu kalo masih macem macem beneran aku pukul ya pake ini!" Ancam Jeongwoo agar Haruto segera pergi.
Haruto tertawa geli. "Iya iya ampun! Yaudah aku mandi dulu deh." kata Haruto lalu mengambil langkah untuk pergi. Tapi, baru dua langkah lelaki itu justru kembali menoleh ke Jeongwoo. "Mau sekalian nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanfictionSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...