Perth, Australia.
Suatu hari di akhir bulan November. Pohon maupun bunga-bunga tumbuh dan bermekaran seolah memanjakan siapapun yang melihatnya. Hal tersebut menandakan bahwa kini sedang berlangsung musim semi di bagian Barat Australia.
Kota Perth memiliki 4 musim dengan urutan musim yang terbalik dengan urutan musim di benua Eropa dan Amerika (belahan bumi bagian Utara). Biasanya di benua Eropa dan Amerika ketika terjadi peralihan dari bulan November ke Desember adalah waktunya memasuki musim dingin, dimana suhu udara akan turun dengan drastis dengan salju yang akan turun membuat semuanya tampak memutih.
Namun, berbeda halnya dengan Perth Australia. Bulan November ke Desember merupakan peralihan antara musim semi ke musim panas, sehingga orang Australia biasanya akan merayakan libur Natal dan Tahun Baru pada saat musim panas.
Netra Jeongwoo fokus pada setiap langkah yang membawanya untuk sampai ke kampusnya. Kedua tapak kaki itu terus menghantam trotoar untuk sampai ke tempat yang seakan sudah menjadi rumah keduanya di Negeri Kangguru ini. Berjalan kaki dari apartemen tempat tinggalnya sampai ke kampus sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.
Lelaki itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada sekitar lima belas menit lagi untuk kelasnya di mulai. Satu hal yang Jeongwoo syukuri berada di Perth adalah ia bisa menjadi manusia yang lebih menghargai waktu.
Beberapa menit berjalan kaki, langkah Jeongwoo kini memasuki area University of Western Australia bersamaan dengan sebuah mobil hitam yang melaju mendekat ke arahnya. Awalnya Jeongwoo tidak berpikir bahwa mobil tersebut berjalan perlahan mengikuti langkahnya sampai akhirnya benda mati tersebut melaju pelan tepat di sampingnya lantas kaca mobil tersebut secara perlahan turun.
"Park Jeongwoo.."
Lelaki yang sadar kalau namanya baru saja dipanggil otomatis menghentikan langkahnya lalu menoleh. Kepala Jeongwoo sedikit menunduk dengan kedua matanya yang menyipit untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya dari dalam mobil tersebut.
"Jeongwoo, come in!" Ujar seseorang dari balik stir kemudi dengan menawarkan tumpangan.
Jarak dari gerbang kampusnya untuk sampai ke gedung fakultas Kedokteran bisa di bilang lumayan jauh, sehingga seseorang yang berada di dalam mobil tersebut menawarkan tumpangan untuk Jeongwoo. Padahal Jeongwoo sudah terbiasa untuk hal berjalan kaki.
Beberapa bulan tinggal di Australia sudah memberikan kebiasaan baru untuknya, salah satunya terbiasa untuk berjalan kaki. Tidak ada yang salah dengan berjalan kaki di Negeri ini. Disini kebanyakan orang memang lebih senang berjalan kaki, bersepeda maupun menggunakan transportasi umum dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Lagi pula berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas fisik yang tentunya sangat menyehatkan tubuh. Terlebih lagi Jeongwoo sebagai seorang medical student, tentu kebiasaan barunya ini menjadi salah satu hal favoritnya.
"What are you waiting for, Woo?"
Baru saja Jeongwoo ingin menolak ajakan temannya tersebut, namun orang tersebut kembali berucap. "You don't want to be late for Prof Smith's class, right? C'mon, Jeongwoo.."
Setelah berpikir akhirnya Jeongwoo masuk ke dalam mobil tersebut. Ia langsung disambut senyum dari wajah wanita yang berada di balik kemudi. "Good morning." Sapanya.
"Morning, Bi." Jeongwoo balas tersenyum kikuk. Kalau boleh jujur, sejak dulu Jeongwoo rasanya tidak pernah berada dalam satu mobil yang sama dalam posisi hanya berdua dengan seorang wanita kecuali Irene. Ini sebabnya Jeongwoo jadi merasa canggung berada dalam mobil wanita disampingnya yang merupakan teman kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanfictionSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...