Jakarta, Indonesia.
Haruto mengetuk-ngetukkan ujung pulpennya di atas meja, lebih tepatnya di atas kertas catatannya yang justru masih kosong. Sejak tadi ia memang tidak konsentrasi mengikuti kelas. Materi yang sedang diterangkan oleh dosen sejak tadi saja tidak ia perhatikan.
Beberapa kali Haruto melirik ke handphonenya yang memang ia taruh di atas meja. Beruntungnya ia duduk tidak di barisan depan melainkan di tengah, jadi ia pikir dosen tidak akan terlalu memperhatikannya. Namun, ia salah besar. Buktinya tiba-tiba ia mendengar suara teguran, "Haruto. Dari tadi saya perhatikan kamu tidak konsentrasi. Masih mau ikut kelas saya atau tidak? Sepuluh menit lagi kelas saya selesai, kamu bisa keluar sekarang kalau kamu mau. Silahkan.."
Yoshi yang mendengar teguran dosen pada temannya tersebut otomatis menghela nafas sambil menggeleng melirik ke samping—tempat dimana Haruto berada. "Haruto, konsen!" Bisiknya mengingatkan.
Dosennya sudah kembali menjelaskan materi hari ini. Haruto yang baru saja ditegur sekarang menelan salivanya sebelum akhirnya ia mengangkat tangannya, "Maaf, Pak."
"Ya. Ada apa lagi?"
"Saya izin ke toilet." kata Haruto.
"Silahkan."
Setelah itu Haruto memasukkan handphone ke celana jeans nya lalu beranjak pergi keluar dari kelas. Lelaki itu berjalan menuju toilet. Tak butuh waktu lama untuk sampai karena kebetulan ruang kelas yang dipakai mata kuliah tadi letaknya tidak terlalu jauh dari toilet. Haruto masuk ke dalam dengan menutup kembali pintunya.
Lelaki itu mengeluarkan handphone dari kantung celananya. Ia mengecek apakah ada notifikasi yang masuk, tapi ternyata tidak ada. Sejak tadi di kelas ia memang beberapa kali mengecek handphonenya. Ia pikir akan ada notifikasi dari Jeongwoo, tapi nyatanya tidak ada sama sekali.
Hari ini tepat hari kelima setelah pertengkarannya dengan Jeongwoo. Entah kenapa fasenya selalu begini, setiap kali Haruto dan Jeongwoo bertengkar pasti akan ada masa mereka saling diam satu sama lain. Namun sebenarnya satu hari setelah kejadian itu, Jeongwoo sempat meneleponnya tetapi Haruto tidak mengangkatnya. Setelah itu Jeongwoo justru tidak lagi menghubunginya sampai sekarang karena Jeongwoo pikir Haruto butuh waktu sendiri.
Haruto membuka room chat nya dengan Jeongwoo. Ia mengetik sesuatu disana namun detik berikutnya ia hapus. Jemarinya kembali mengetik dan kembali dihapus lagi yang pada akhirnya ia mengunci layar handphonenya berusaha mengurungkan niatnya.
Haruto mengacak rambutnya frustasi. Dengan nafas memburu, lelaki itu menatap dirinya di cermin besar depan wastafel. Lantas suara beratnya terdengar, "Why did you do that to me? I'm not good enough for you, Woo?"
Haruto memejamkan kedua matanya seraya menarik nafas. Beberapa detik berikutnya ia kembali membuka matanya. I'm tired Woo and I hate long distance relationship between us.
***
Siang ini suasana kantin FISIP tidak terlalu ramai seperti biasanya. Ngomong-ngomong Haruto memang masuk kuliah dengan lintas jurusan. Dulu sewaktu SMA ia memang jurusan IPA, seharusnya ia dapat melanjutkan kuliah yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam sama seperti Jeongwoo. Namun, nyatanya ia lebih memilih jurusan yang berkaitan dengan IPS dibanding IPA.
Haruto dan teman-temannya plus Doyoung memang berada di fakultas yang sama yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Haruto dan Yoshi mahasiswa prodi Hubungan Internasional tingkat awal. Hyunsuk berada di prodi yang sama dengan mereka, namun ia berada di tingkat tiga. Sedangkan Jihoon dan Doyoung berada di prodi Ilmu Komunikasi, begitu juga dengan Junkyu yang berada di tingkat dua Ilmu Komunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanficSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...