Chapter 13: Trust Me

1.9K 339 113
                                    

Tiga hari berlalu setelah insiden sambungan telepon dari Haruto ke Jeongwoo yang justru di angkat oleh Bianca, teman kelasnya. Haruto tipikal orang yang straightforward, dimana biasanya jika ia tidak suka sesuatu pasti ia akan langsung bilang to the point kalau dia tidak suka. Namun, entah kali ini ia lebih memilih diam dan seolah menghindari Jeongwoo. Bahkan dia tidak menanyakan pada Jeongwoo siapa wanita yang mengangkat teleponnya tiga hari lalu.

Unfortunately, Jeongwoo sampai sekarang tidak tahu soal Bianca yang dengan lancangnya mengangkat telepon dari Haruto. Tetapi, tiga hari belakangan Jeongwoo merasakan Haruto sedikit berubah. Lelaki itu seakan menghindar darinya—enggan menjalin komunikasi dengannya.

Awalnya Jeongwoo pikir mungkin saja memang Haruto sedang sibuk dengan kuliahnya. Kalaupun posisinya Haruto berada di apartemen, ia pikir lelaki itu sedang banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan sehingga tidak ada waktu untuk sekedar bertukar kabar dengannya. It's not a big problem for Jeongwoo at first, toh terkadang juga dia tidak bisa mengabari Haruto karena sibuk dengan kuliah.

Pandangan Jeongwoo lurus ke depan kaca yang menghubungkan ke balkon apartemennya. Di luar matahari cukup bersinar terang. Jeongwoo mendekat ke nakas samping tempat tidur, jemarinya membuka aplikasi cuaca—ternyata suhu udara sudah naik drastis, tanda bahwa musim panas sudah tiba sejak kemarin. It's already December. Lelaki itu lantas beralih pada alat pendingin ruangan, ia mengecilkan temperatur sehingga ruangannya terasa lebih dingin.

Jeongwoo beringsut menuju dapur apartemennya. Ia membuka laci tempat dimana ia menyimpan makanan ringan untuk camilannya sehari-hari. Setelah mengambil beberapa camilan, ia segera kembali ke kamar. Kebetulan hari ini jadwal kelasnya dibatalkan karena dosennya ada hal yang mengharuskan tidak dapat mengajar sehingga niatnya hari ini Jeongwoo hanya akan mengerjakan tugas seperti biasa sekaligus belajar untuk ujian yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Laptop yang semula berada di atas nakas kini sudah ditempatkan di atas meja yang biasa Jeongwoo gunakan untuk belajar. Setelah merasa nyaman dengan posisinya, ia segera membuka laptop dan menyalakannya.

Pandangannya tidak beralih sedikitpun dari layar laptop. Ia fokus pada tugasnya seraya sesekali tangannya menyomot keripik kentang dari dalam bungkusan. Satu jam berikutnya, Jeongwoo sedikit merenggangkan tubuhnya. Selama satu jam duduk mengerjakan tugas membuat tubuhnya terasa pegal, meski sebenarnya tugasnya belum sepenuhnya selesai.

Jeongwoo menatap jam dinding di kamarnya. Pukul 5 sore waktu Perth. Netranya melirik ke handphone miliknya sekilas. Ia menghela nafas ketika mengetahui tidak ada tanda-tanda pesan atau panggilan yang masuk dari Haruto.

"Haru lagi ngapain ya? Masih di kampus nggak jam segini?" Jeongwoo berucap sendiri seolah menebak kondisi Haruto jauh di sana. "Kalo gue telfon ganggu nggak ya?"

Jeongwoo memutar-mutarkan handphonenya seraya menimbang-nimbang apakah dia harus menghubungi Haruto atau tidak. Di satu sisi ia ingin mengetahui kabar Haruto, tapi di sisi lainnya ia merasa takut kalau ia justru menggangu lelaki itu. Setelah berpikir berkali-kali pada akhirnya jemari Jeongwoo mencari kontak Haruto di handphonenya. Dalam sekali gerakan, panggilan tersebut langsung tersambung ke Haruto.

Beberapa detik menunggu nada sambung tersebut tergantikan oleh suara berat milik Haruto. "Halo?"

"Haru. Where have you been? I missed you so much," Cicit Jeongwoo.

Bahkan untuk dapat mendengar suara Haruto sekarang saja dia sudah bersyukur, berhubung belakangan ini dia tidak memiliki jadwal telepon dengan Haruto karena lelaki yang tinggal di Indonesia tersebut sangat jarang menghubunginya belakangan ini, bahkan dia tidak pernah mengangkat teleponnya sejak tiga hari terakhir.

Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang