"Haruto, ini punya lo. Thanks ya udah minjemin."
Haruto yang tengah berbicara dengan Jeongwoo di telepon otomatis menoleh. Ia mendapati Junkyu berdiri tidak jauh darinya seraya menyodorkan satu totebag ke arahnya. Haruto menatap tas tersebut bingung lalu sorot matanya beralih pada Junkyu, ia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ini apaan? Ia lupa kalau kemarin ketika mereka berdua pulang bersama, Haruto sempat meminjamkan jas hujannya pada Junkyu karena di pertengahan jalan tiba-tiba hujan turun cukup deras sehingga mereka sempat kebasahan.
Junkyu memutar bola matanya malas, lantas ia kembali menatap ke totebag hitam yang belum Haruto ambil. Lelaki itu mengisyaratkan agar Haruto segera menerimanya. Tanpa basa-basi akhirnya tas tersebut berpindah tangan ke Haruto. Laki-laki bersuara berat itu melirik ke isi tas, oh jas hujan gue. Kemudian ia kembali melirik ke Junkyu, "Hm." Dehaman singkatnya sebagai balasan.
Junkyu yang mengetahui bahwa salah satu tangan Haruto masih memegang handphone di telinga otomatis membuka mulutnya tanpa suara mengucapkan 'yaudah gue balik ya'.
Lelaki itu baru saja ingin berbalik meninggalkan adik tingkatnya tersebut, tapi yang ia dapati tangan Haruto yang memegang totebag nya justru menahan tangannya sekarang sehingga membuat pergerakannya jadi terhenti. Junkyu mengernyit, sementara Haruto membuka mulutnya tanpa suara 'tunggu'.
"Siapa, Haru?" Suara Jeongwoo memenuhi indera pendengaran Haruto yang membuat ia melepaskan genggamannya pada Junkyu.
"Junkyu." Jawabnya seraya melirik ke lelaki di depannya. Orang yang disebut namanya otomatis mengerutkan dahinya, tidak mengerti kenapa namanya disebut.
"Emang Kak Junkyu minjem apa?"
Haruto menggaruk tengkuknya sebelum menjawab pertanyaan Jeongwoo. "Jas hujan." Jawabnya.
Setelahnya tidak ada suara lagi dari Jeongwoo. Haruto menjauhkan handphone dari telinganya, ia menatap layar tersebut yang masih terhubung dengan Jeongwoo lantas ia kembali bersuara untuk memastikan kalau Jeongwoo nya masih berada disana, "Woo?" Panggil Haruto.
"Sebentar aku lagi buka sepatu nih susah.." Balas Jeongwoo. Haruto mengangguk meski ia tahu kalau Jeongwoo tidak melihatnya sekarang.
Junkyu yang sejak tadi masih berdiri disitu kini hanya menghela nafas. Haruto lagi ngebucin terus ngapain nyuruh gue nunggu disini anjrit berasa nyamuk gue.
"Gue mau ke kantin laper." Junkyu mengecilkan volume suaranya. Ia hanya tidak ingin mengganggu Haruto dan Jeongwoo yang sedang telfonan sekarang.
Haruto yang masih setia menunggu Jeongwoo selesai melepas sepatu otomatis menjauhkan handphonenya dari telinga. Ia menutup speaker handphonenya agar suaranya tidak terdengar ke seberang sana lalu menatap Junkyu tajam. "Gue bilang tunggu anjir gak sabaran lu."
"Dih? Siapa juga yang mau ngajak lo?! Gue mau ke kantin sendiri."
"Bareng. Gue gak ada temen, Yoshi ngumpul kelompok dulu soalnya."
Junkyu berdecak. "Ck, yaudah ntar lo nyusul aja ke kantin. Gue duluan.."
"Gue bilang tunggu ya tunggu."
Junkyu yang mendengar ucapan dingin Haruto akhirnya hanya dapat menghela nafas sebal. Mau tidak mau ia harus menunggu Haruto sekarang. "Yaudah iya." Balasnya malas lalu memilih untuk memainkan handphone seraya menunggu Haruto.
Haruto tersenyum sekilas sambil mengangguk. Kemudian ia kembali menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya bersamaan dengan suara Jeongwoo yang bertanya padanya, "Kak Junkyu emang dari mana, Haru? Disana lagi hujan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
Fiksi PenggemarSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...