Jakarta, Indonesia.
Suara derap langkah kaki memasuki indera pendengarannya. Haruto yang masih tertidur otomatis perlahan membuka matanya karena merasa terinterupsi oleh suara dari langkah kaki yang terdengar memasuki kamarnya. Lelaki itu mengusap kedua matanya, ia menyipit menatap bayangan seseorang berdiri di depan pintu kamar. Anjir siapa itu?
Haruto kembali mengusap kedua matanya seraya ia melihat wujud tersebut berjalan mendekat ke arahnya di tengah gelap kamarnya. Otomatis ia mengerjap memfokuskan pandangannya pada orang tersebut. Dalam hati ia bingung sekaligus takut, siapa yang berani masuk ke dalam apartemennya tanpa seizinnya? Lagi pula darimana orang ini tahu password apartemennya.
"Lo siapa?!" Suara bariton milik Haruto terdengar ke seisi kamarnya.
Mendengar pertanyaan Haruto membuat langkah kaki tersebut justru semakin mendekat sampai Haruto merasakan sebuah tangan mengusap puncak kepalanya. Haruto yang terkejut otomatis segera menepis tangan tersebut. Ia dengan cepat menyalakan lampu tidur di nakas samping tempat tidur.
"Surprise..."
Haruto membulatkan matanya. Ia menatap tidak percaya pada sosok yang ia lihat sekarang di depannya. Lelaki itu menelan salivanya, "Jeongwoo?"
Laki-laki yang disebut namanya hanya tertawa melihat ekspresi Haruto. "Kaget ya?" tanyanya diakhiri dengan senyum. Haruto yang mendengar pertanyaan itu langsung menggelengkan kepalanya. Nggak-nggak, Jeongwoo kan di Aussie.
Sebuah tangan terulur mengusap kepalanya. Haruto kembali mendongak menatap laki-laki yang berdiri di samping tempat tidurnya. "Aku ada disini, Haru."
Beberapa detik mereka hanya terdiam saling menatap satu sama lain. Haruto tiba-tiba menarik tangan Jeongwoo sampai lelaki itu akhirnya terjatuh ke tempat tidur Haruto. Ia duduk berhadapan dengan Haruto di pinggir kasur. Ekspresi terkejut dari Jeongwoo berubah jadi senyuman.
Haruto melirik ke jam dinding di kamarnya. Pukul 8 malam. Ia kembali menatap Jeongwoo dengan tidak percaya, "K-Kamu kok bisa disini?"
Jeongwoo automatically caressing his boyfriend hair, "Bisa dong. Emangnya gak boleh kalo aku pulang ke Jakarta?" Haruto menggeleng kuat. Ia terpejam sesaat merasakan jemari Jeongwoo bermain di rambutnya yang membuat dirinya merasa nyaman. Ia merasa sangat disayangi oleh lelaki di hadapannya.
Haruto membuka matanya kembali. "Nggak gitu maksudnya, Woo. Abisnya kamu nggak bilang bilang dulu mau pulang, 'kan aku kaget jadinya pas tau tiba tiba kamu ada di apart aku gini."
"Nggak bilang karna sengaja biar jadi kejutan buat kamu."
Haruto justru mengerucutkan bibirnya. "Tapi 'kan harusnya aku bisa jemput kamu di bandara kalo tau kamu mau pulang."
Jeongwoo terkekeh. "Gapapa, Haru." Balasnya bersamaan dengan jemarinya yang berhenti bermain dari kepala Haruto. Lelaki bersuara berat itu tidak membuang waktu, ia langsung mengambil kedua tangan Jeongwoo untuk ia genggam.
Jeongwoo merasakan kedua ibu jari Haruto mengelus punggung tangannya. Lantas ia hanya dapat tersenyum menatap laki-laki di depannya. Haruto menarik Jeongwoo ke dalam dekapannya, ia menaruh dagunya di bahu Jeongwoo. Deru nafasnya terdengar memburu di telinga Jeongwoo. Lelaki itu memejam merasakan nafas Haruto mengenai kulit lehernya. "Haru..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanficSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...