Chapter 9: Help Me

1.7K 311 121
                                    

"Kyu, maaf udah bikin kamu nunggu lama." Junkyu yang duduk di kursi taman kampusnya mendongak menatap laki-laki yang menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Tadi ada yang perlu aku urus dulu."

Junkyu. Lelaki itu hanya mengulas senyum tipis, "Gapapa, Mashi." Balasnya dengan sedikit mengangguk untuk meyakinkan kalau ia tidak masalah menunggu Mashiho yang terbilang telat setengah jam lebih dari waktu yang sudah mereka sepakati untuk bertemu di taman kampus.

Kebetulan Junkyu dan Mashiho satu kampus tetapi beda fakultas, sehingga frekuensi mereka untuk bertemu di kampus terhitung tidak sering jika mereka tidak janjian lebih dulu untuk bertemu. Junkyu menunduk sambil mengayunkan kedua kakinya.

Mashiho melirik jam di pergelangan tangannya sebelum kembali beralih pada lelaki di hadapannya. "Kamu mau langsung pulang sekarang atau?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Mashiho membuat Junkyu menghela nafas pelan. Dia pikir sepertinya mulai hari ini dia tidak akan pulang ke rumahnya sendiri. Semalam orang tuanya kembali bertengkar hebat sampai Ayahnya memilih untuk pergi dari rumah, entah kemana Junkyu sendiri tidak tahu. Satu hal yang ada di benak Junkyu, ia benci dengan keadaan rumah. Ia benci mendengar orang tuanya selalu bertengkar.

Sejak kecil lelaki itu memang jarang komunikasi dengan kedua orang tuanya, terlebih lagi Ayahnya. Bagi orang tuanya dengan memberikan Junkyu semua fasilitas yang ada di rumahnya sudah lebih dari cukup untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai orang tua. Padahal bukan itu yang Junkyu mau. Ia hanya ingin mendapat kasih sayang lebih dari kedua orang tuanya, bukan hanya sekedar diberi kecukupan materi.

"Kyu?"

Junkyu menoleh ke Mashiho. Ia sempat terdiam sesaat sebelum memberikan senyum tipis pada Mashiho. "Aku nggak mau pulang ke rumah, Mashi." Ucapnya membuat Mashiho mengerutkan dahinya.

"Why?"

Junkyu mengalihkan pandangannya ke depan. Ia berusaha untuk tidak membuat eye contact dengan Mashiho hanya karena Junkyu tidak ingin terlihat lemah di depan lelaki tersebut. "Mami Papi berantem lagi?"

Junkyu mengangguk sekilas. "Seperti biasa. Bahkan Papi pergi dari rumah dan aku nggak tau dia pergi kemana. Jujur, aku stress banget ada di rumah denger mereka berantem terus setiap hari." Suara Junkyu terdengar bergetar. Mashiho lihat kalau sang dominan menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar tidak menangis.

Mashiho yang semula masih berada pada posisi berdiri otomatis jadi mengambil tempat di sebelah Junkyu. Ia mengelus punggung lelaki itu sambil berkata, "I know that feel, Kyu."

"Terus kamu mau kemana kalo nggak pulang ke rumah?" Pertanyaan Mashiho tentu membuat Junkyu menggeleng. "Nggak tau."

"Kamu bawa kendaraan?"

Lagi-lagi Junkyu menggeleng atas pertanyaan Mashiho. "Semalem aku marah sama Papi karena dia udah bentak Mami, tapi terus Papi balik marah ke aku. Dia bilang aku nggak tau terima kasih sama dia karena udah dikasih fasilitas termasuk motor sama mobil aku. That's why mulai hari ini aku mutusin buat nggak akan pake motor dan mobilku lagi."

Mashiho membulatkan kedua matanya mendengar cerita Junkyu lantas ia bertanya. "Terus kamu mutusin buat keluar dari rumah juga?" tanya Mashiho. Sejujurnya Mashiho berharap kalau Junkyu tidak benar-benar pergi dari rumah. Walau bagaimanapun menurut Mashiho bahwa tinggal sendiri tanpa keluarga itu bukan hal yang mudah dan dia tidak ingin kalau Junkyu mengalami hal tersebut.

Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang