Jeongwoo yang duduk di pinggir tempat tidur kini menatap handphonenya yang sejak tadi berbunyi. Dengan helaan nafas berat, Jeongwoo akhirnya mengangkat teleponnya sampai akhirnya suara berat yang familiar terdengar di telinganya.
"Astaga, Woo. Akhirnya kamu angkat juga telfon aku," Celoteh Haruto memenuhi indera pendengaran Jeongwoo. "Udah tiga kali aku telfonin kamu nggak diangkat angkat juga."
Jeongwoo menatap jendela kamarnya sambil membalas. "Kenapa, Haru?"
"Aku mau minta temenin kamu belanja kebutuhan di apart nanti sore sekalian jalan jalan keliling aja. Mau 'kan?"
Jeongwoo mengernyit. "Hari ini banget?" tanyanya membuat Haruto segera menjawab. "Iya. It's Christmas Day, Woo. Banyak diskon hari ini hehe, kebetulan emang udah pada abis sih keperluan aku buat di apart. Jadi.. kamu mau 'kan temenin aku?"
"Kenapa harus aku?"
Pertanyaan Jeongwoo membuat Haruto menghela nafas. Kenapa juga lo pake nanya sih, ya jelas ini modus gue buat deket sama lo. "Ya terus masa aku minta temenin Yoshi? Hyunsuk? Atau Junkyu? Nanti kamu cemburu."
Jeongwoo memutar bola matanya malas. "Ya gapapa sana gih kalo mau sama Kak Junkyu." Balas Jeongwoo.
Suara tawa Haruto terdengar di telinganya membuat Jeongwoo otomatis mengernyit. "Kenapa kamu ketawa?!" tanya Jeongwoo galak.
Haruto jauh di sana sekarang tersenyum geli. "Cemburu 'kan? Ngaku aja deh. Dari suara kamu kedengeran kalo kamu tuh cemburu kalo aku deket sama Junkyu. Tau nggak itu tandanya kamu masih sayang sama aku,"
Jeongwoo yang mendengar godaan dari Haruto tentu jadi membulatkan matanya. "A-Apaan sih! Nggak usah pede jadi orang." Bantahnya.
"Kamu cemburu."
"Enggak ya, Haru!"
Haruto giggled. "Masa? Ngaku aja kenapa sih.. lagian aku seneng kalo kamu cemburu." kata Haruto.
Benar. Memang benar apa yang dikatakan oleh Haruto kalau Jeongwoo sebenarnya cemburu saat mengetahui kedekatan Haruto dan Junkyu semenjak ia melanjutkan studi di Australia. Namun, Jeongwoo tetaplah Jeongwoo. Terkadang memang ia harus menjadi tsundere jika di depan Haruto karena ia tidak ingin Haruto besar kepala dan menaruh harapan lebih padanya. Terlebih lagi dengan keadaan mereka yang sekarang—sudah tidak menjalin status sebagai pasangan kekasih.
"Aku sibuk hari ini dan aku nggak cemburu ya sama Kak Junkyu."
Haruto terkekeh mendengar bantahan dari Jeongwoo yang tentu saja dia sudah tahu kalau Jeongwoo sedang berbohong padanya. "Oke kalo nggak cemburu, kalo gitu aku minta temenin Junkyu aja."
"Yaudah terserah."
Sialan Jeongwoo padahal gue pura pura doang
Haruto di seberang sana berpikir. Kenapa susah banget sih deketin Jeongwoo lagi. "Nanti sore aku jemput." ucap Haruto memutuskan.
"Apaan? Aku belum bilang iya."
Haruto mengerucutkan bibirnya seraya menatap jam dinding di ruang tamu apartemennya. "Kamu temenin aku pokoknya." Jeongwoo memutar bola matanya malas. "Tadi katanya mau ajak Kak Junkyu. Gimana sih?"
Suara tawa Haruto pecah ketika mendengar ucapan polos dari bibir Jeongwoo. "Woo, please deh. Aku cuma godain kamu doang tadi. Sengaja biar kamu cemburu.."
Alis Jeongwoo terangkat satu. "Aku nggak cemburu, Haruto. Percuma kamu usaha bikin aku cemburu."
Haruto tertawa geli. "Iya iya, terserah kamu. Pokoknya aku maunya kamu yang nemenin aku hari ini. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanfictionSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...