Chapter 19: Best View

1.6K 324 87
                                    

Doyoung mengusap kedua matanya ketika ia baru saja bangun. Lelaki itu menatap langit-langit kamarnya sebelum akhirnya bangkit untuk mencuci muka. Setelah itu ia mengambil handphonenya dan turun ke lantai bawah rumahnya.

"Udah bangun sayang?"

Doyoung dengan langkah gontai menghampiri Ibunya yang baru saja keluar dari kamarnya. Doyoung menaruh kepalanya di pundak Jisoo lalu bergumam. "Mmm.. mau kemana, Bun?" tanyanya.

Jisoo mengelus puncak kepala anaknya sambil tersenyum. "Bunda ada urusan kerjaan." Jawabnya yang membuat Doyoung langsung menjauhkan kepalanya. "Kerja? Ini 'kan hari Minggu, Bun."

Mendengar ucapan anaknya yang bingung membuat Jisoo menatapnya santai seperti tidak ada yang salah dengan mengurus urusan kerja di hari Minggu. "Iya, sayang. Tapi, Bunda ada urusan gapapa ya?"

Doyoung mengerucutkan bibirnya. Setiap hari pasti selalu seperti ini—Ibunya selalu mementingkan pekerjaan bahkan sampai hari libur sekalipun Doyoung lebih sering sendiri di rumah hanya dengan Bibi.

Jisoo menangkup kedua pipi anaknya tersebut. "Jangan cemberut gitu dong mukanya. Kalo kamu kesepian coba ajak Jihoon aja main kesini, atau kamu main ke rumah Jihoon sana. Dia juga lebih sering sendiri 'kan di rumah?" Saran Jisoo pada anaknya. Kebetulan rumah Doyoung dan Jihoon memang satu komplek hanya berbeda gang.

"Liat nanti deh."

Dengan begitu Jisoo menarik lengan anaknya menuju pintu rumah mereka. Wanita itu tersenyun lebar ketika sebuah mobil putih membunyikan klakson di depan rumah mereka. "Itu Tante Seulgi udah dateng. Yaudah Bunda jalan ya.."

"Oh iya, Doy. Kalo kamu mau pake mobil, pake aja ya. Kuncinya di tempat biasa, oke!"

"Iya. Take care, Bun." Ia mengulas senyum seraya melambaikan tangannya pada Jisoo yang sudah masuk ke dalam mobil Seulgi teman kerjanya. Setelah mobil itu pergi, Doyoung kembali masuk ke dalam.

"Coco.. Coco.." Panggil Doyoung pada kucingnya seraya mencari kucingnya sampai akhirnya lelaki itu menemukan kucingnya berada di kolong meja.

"Astaga ngapain disini?" tanya Doyoung pada Coco yang sudah jelas tidak akan dijawab.

Doyoung segera menggendong kucingnya untuk ia ajak ke dalam kamar. Beberapa saat berikutnya ia sudah berada di kamar dengan Coco. Tidak ada yang berbeda memang, setiap hari dia merasa kesepian di rumah. Tetapi untungnya semenjak ia mengadopsi kucing, sekarang ia jadi merasa memiliki teman di rumah.

"Oh iya, makanan kamu abis ya? Nanti sore Kak Dobby beliin ya..."

Sekarang Doyoung bermain dengan Coco seraya sesekali ia mengajaknya bicara. Tiba-tiba handphone di saku celananya berdering membuat lelaki itu menaruh Coco di lantai kamarnya sebelum mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Jadi ke rumah gue hari ini? Kadonya ambil di rumah ya."

Doyoung menepuk dahinya sendiri lalu membalas. "Oh iya sampe lupa. Oke deh nanti kesana, sekalian mau ke pet shop beli makan buat Coco."

"Oke, hati hati di jalan."

Doyoung mengulas senyum. "Sip..." Lelaki itu lantas mematikan sambungan teleponnya. Ia berjongkok seraya meraih Coco, "Coco gue ajak aja kali ya? Pasti dia bosen 'kan di rumah terus," ucapnya sendiri.

Pukul 4 sore. Doyoung baru saja membayar untuk makanan kucing yang ia beli. Lelaki itu segera kembali masuk ke dalam mobil. Ia mengangkat plastiknya dengan senang, "Coco, look what I got!"

Coco yang berada dalam keranjang kucing seperti mengerti kalau majikannya baru saja membelikan sesuatu untuknya. Kucing itu mengintip dari besi-besi pintunya.

Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang