Atmosfer apartemen Haruto sore itu jadi berbeda. Raut wajah lelaki bersuara berat itu berbanding terbalik 180° derajat antara ketika ia berucap agar Junkyu dan teman-temannya yang lain tidak meninggalkannya dengan raut wajahnya saat ini. Haruto marah. Ia benar-benar diliputi amarah sekarang hanya karena ia melihat postingan di instagram milik Bianca, tidak lupa dengan story instagramnya.
Dengan nafas yang memburu, jemari Haruto segera mencari kontak Jeongwoo di handphonenya. Niatnya ia ingin langsung menghubungi Jeongwoo untuk menanyakan maksud dari postingan-postingan Bianca.
Beberapa kali sambungan tidak terhubung ke Jeongwoo. "Angkat telfon gue, Park Jeongwoo."
Haruto sudah berkali-kali mencoba menghubungi Jeongwoo tetapi tidak bisa, sampai akhirnya ia menaruh handphonenya di atas meja dengan kasar. "Bangsat." Lagi, ia mengumpat sampai Junkyu yang sejak tadi tidur akhirnya terbangun karena mendengar suara benturan antara handphone dengan meja ruang tamu apartemen Haruto beserta umpatan yang terlontar dari mulut lelaki itu.
"Haru, lo kenapa?!"
Haruto menoleh ke Junkyu dengan tatapan yang tentu membuat Junkyu jadi bergidik ngeri. "Anjir. Lo siapa? Keluar lo!" Junkyu menarik rambut Haruto sampai temannya tersebut mengaduh kesakitan, "Apaan sih?!"
"Keluar lo dari badan temen gue!" Junkyu masih terus menarik rambut Haruto. Entah, Haruto baru mengerti kalau Junkyu kira ada yang merasuki Haruto sekarang. "Keluar setan!"
"Anjir lepasin rambut gua! Junkyu lepasin nggak! Gue gak kesurupan!"
Mendengar omelan dari Haruto membuat Junkyu langsung melepaskan tangannya dari rambut lelaki itu. Junkyu kembali duduk di sofa, "Eh, lo bener nggak kesurupan 'kan?" tanyanya lagi untuk memastikan. "Jawab gue Haruto!"
Haruto memutar bola matanya malas sebelum menjawab pertanyaan Junkyu dengan ketus. "Ya enggak lah."
Junkyu menghela nafas lega setelah mendengar jawaban Haruto. "Gue degdegan, gue kira lo kerasukan setan. Abisnya lo serem banget!"
"Kenapa sih? Tiba-tiba banting hp gitu sambil misuh?" tanya Junkyu. Tapi, Haruto justru lebih memilih diam tanpa menjawab pertanyaan dari kakak tingkatnya tersebut.
Junkyu menghela nafas. "Gue bilang 'kan, kalo lo butuh temen cerita gapapa cerita aja." Lanjutnya.
Bukannya segera menjawab, Haruto justru hanya terdiam. Ia sebenarnya bimbang harus menceritakan masalahnya atau tidak. Setelah menimbang-nimbang akhirnya ia membalas. "Bukan urusan lo."
Junkyu tersenyum tipis. "Iya, emang bukan urusan gue sih. Gue cuma—"
"Bisa diem gak sih lo?!" Ucapan Junkyu dipotong oleh Haruto.
Junkyu terdiam. Dia tidak menyangka kalau Haruto berbicara dengan nada kasar padanya. Padahal niatnya hanya ingin mengurangi sedikit beban Haruto. Biasanya kalau kita sedang ada masalah, lebih baik berbagi pada orang-orang terdekat atau yang setidaknya dapat dipercaya daripada dipendam sendiri 'kan?
Sedetik kemudian Junkyu bersuara lagi, "Ya—yaudah, sensi amat lo." Junkyu merapihkan bajunya yang sedikit ketekuk karena tidur dengan posisi sembarangan. Ia mengantungi handphonenya lalu bangkit dari sofa.
Haruto dari posisi duduknya otomatis memdongak melihat ke Junkyu yang sudah berdiri bersiap untuk kembali ke unitnya. "Mau kemana?"
"Balik. Udah kelar 'kan proposalnya? Nanti lo kirim ke gue via email aja." Junkyu menghela nafas. "Sorry kalo gue udah kepo sama urusan lo."
Setelah berbicara begitu, Junkyu segera berjalan menuju pintu apartemen Haruto. Ia mengenakan sendal jepitnya yang memang ia taruh di dekat pintu bagian dalam apartemen Haruto. Sementara itu Haruto hanya dapat menghela nafas menatap punggung Junkyu yang terus menjauh sampai akhirnya keluar dari unit miliknya. Sialan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanficSequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap orang ketika mendengar long distance relationship? Bagi Haruto berada jauh ribuan kilometer dari orang yang di sayang merupakan ujian terber...