Chapter 6: Be Honest Please

1.9K 336 93
                                    

Perth, Australia.

Jeongwoo menutup pintu apartemennya dengan cepat, lalu menguncinya. Setelahnya ia segera berlari menuju lift yang hampir saja tertutup. Benda mati itu membawanya ke lantai dasar gedung apartemennya, setelah terbuka kembali tanpa membuang waktu ia segera berlari menuju kampusnya.

Sepatu hitamnya menghantam trotoar, "Sorry, excuse me.." Hanya kalimat itu yang terlontar dari bibirnya di sepanjang jalan menuju kampus. Sesekali matanya melirik ke jam di pergelangan tangan.

Mampus bisa telat nih gue

Orang-orang yang dilalui oleh Jeongwoo hanya menarik diri memberi jalan untuk Jeongwoo yang terkesan terburu-buru. Buku yang berada di gendongannya di depan dada beberapa kali hampir terjatuh bersamaan dengan dirinya yang terus berlari secepat mungkin agar sampai ke kampus tepat waktu atau kalaupun pada akhirnya ia tetap terlambat, setidaknya tidak terlalu melampaui batas waktu toleransi.

Beberapa menit perjalanannya dari apartemen ke kampus, Jeongwoo akhirnya memasuki area kampus. Ia berlari di lorong gedung kampus menuju kelasnya seraya sesekali sibuk membenarkan letak buku di gendongannya sampai ia tidak sengaja menabrak seseorang yang berada di depan pintu kelas.

"What the hell???"

"Sorry, sorry. I'm sorry," Jeongwoo langsung menunduk sebagai bentuk penyesalannya. Namun, ia kembali mengangkat kepalanya ketika sebuah suara kembali terdengar. "Kebiasaan lo! Jalan nggak liat liat."

Jeongwoo menelan salivanya ketika menatap lelaki yang menatapnya dengan dingin. "Eh, sorry. Gue buru-buru, udah telat soalnya."

Yoonbin menghela nafas. Ia menatap datar pada teman sekelas semasa SMA kelas sepuluhnya tersebut. "Hati-hati kalo jalan." Peringatnya. Ia lantas menurunkan pandangannya pada sepatu Jeongwoo. "Untung gak jatoh."

Jeongwoo yang bingung otomatis ikut menatap ke bawah—lebih tepatnya ke sepatunya. Ia lihat tali sepatunya ternyata terlepas. Astaga beruntung gue nggak keserimpet sendiri.

"O-oh, iya." Jeongwoo kembali mendongak menatap ke Yoonbin. "Iya. Lain kali gue lebih hati-hati. Thanks,"

Tanpa membalas ucapan Jeongwoo, lelaki yang memakai snapback hitam itu hanya mengangguk samar lalu melangkah masuk ke dalam kelas. Jeongwoo hanya menghela nafas seraya menetralkan detak jantungnya yang memburu karena lari dari apartemen sampai kampus.

Jeongwoo lantas berjongkok menaruh bukunya di lantai. Lelaki itu sibuk mengikat kembali tali sepatunya yang terlepas. Tanpa sadar ia mendumel sendiri, "Tuh orang nggak berubah dari dulu. Masih ngeselin—eh tapi makasih Ben teng takeshi udah ngasih tau kalo tali sepatu gue copot, meskipun lo nggak bilang sih. Nah, selesai."

Jeongwoo kembali mengambil bukunya lalu bangkit dari posisinya. Ia menghela nafas lalu masuk ke dalam ruangan yang cukup besar tersebut. Beruntungnya dosen mereka belum datang, jadi Jeongwoo tidak terhitung terlambat meski sebenarnya dia memang sudah terlambat sepuluh menit dari jam seharusnya kelas di mulai.

Jeongwoo mengambil tempat duduk di tengah seperti biasa. Sebelum duduk, ia melihat kalau Yoonbin duduk di barisan paling belakang. Sebenarnya Jeongwoo heran, kenapa ada makhluk bumi seperti Yoonbin yang dengan wajah santainya masuk ke dalam kelas padahal dia juga terhitung sudah telat sama dengan dirinya. Sedangkan jika ia melihat dirinya sendiri, ia bahkan sudah kelewat panik sampai harus berlarian menuju kampus. Lihat saja sekarang penampilan Jeongwoo sudah sangat berantakan akibat dirinya yang terlalu terburu-buru ketika berangkat ke kampus tadi.

Lacuna [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang