August 31, 2004. ⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺
Cahaya bulan purnama menuntun langkah pria itu masuk ke dalam hutan, diiringi suara binatang kecil yang menjadi penambah suasana malam. Napasnya sedikit memburu karena tingginya bukit bertanah merah yang ia pijak. Beberapa kali terdengar suara lolongan serigala di dekatnya. Kelima inderanya ia tajamkan, melirik sekitar dengan waspada, takut ada serangan mendadak dari hewan buas, lebih parahnya jika bertemu sesama manusia.
Pria itu bernama Christianㅡbertubuh sedang, memiliki tinggi sekitar 170 sentimeter dengan tubuh terlatih macam tentara; guratan tipis di kening dan sudut mata terlihat lelah, rahangnya tegas bak pedang baru diasah, dengan rambut jatuh sekelam jelaga.
Urat tangannya terlihat jelas sebab warna kulit putih sedikit kemerahan begitu kontras, sudut bibirnya dihias darah kering karena luka yang terdapat di bibir, pipi, serta hidung bangirnya; punggungnya yang tegap itu menggendong tas besar berwarna hijau samar dengan semak, sembari memegang pistol di tangan kanan, pandangannya awas memantau sekitar.
Jaket kulit hitam berbau anyir yang ia kenakan pun meminta untuk dimaki, tersapu angin malam lalu terhirup oleh penghidu, "Gara-gara lupa bawa jas hujan," keluhnya sambil berdecak.
Kakinya berhenti di sebuah gubuk tua sangat rusak dan hampir roboh, dikelilingi pohon-pohon besar di sekitar. Manik matanya langsung tertuju pada kardus berukuran sedang yang terbuka di depan pintu gubuk.
Perangainya berubah tangar, lengannya terulur membidik kardus terbuka itu yang ia pikir adalah sebuah benda yang berbahaya, seperti bom atau jebakan lain. Ketika tungkainya melangkah dengan pelan mendekati kardus itu dan melihat dengan pasti, ia menurunkan bedengnya sambil menghela napas panjang.
Christian tak pernah menyangka jika di dalam kardus itu, malah ada seonggok bayi manusia yang sedang tertidur dengan tenang. Ia berpikir seseorang telah meletakkan atau bisa dibilang membuang bayi manusia di tengah hutan seperti ini. Siapa manusia yang tega membuang bayi di depan 'rumah'nya?
Dilihatnya lekat-lekat bayi itu yang tertidur dengan lelap. Bibir Christian menukik ke atas, mematrikan senyuman tipis saat melihat wajah teduh dari si bayi. Mata Christian beralih ke secarik kertas kecil diselipan bedongan merah muda bayi tersebut.
Siapapun, jika ada yang menemukan bayi perempuanku di tengah hutan seperti ini, terima kasih.
Aku benar-benar berharap ada yang menemukannya. Jika tidak, aku tidak tau lagi harus menebus dosaku dengan cara apa lagi. Tapi, jika ada yang menemukannya, tolong rawat bayiku ini menjadi gadis yang baik. Ajarkan dia untuk menjadi wanita yang mengangkat harkat martabat sesamanya kelak. Aku akan mengakhiri hidupku. Sampaikan salamku pada bayi perempuan ini dalam tidurnya, bahwa 'maaf Ibu telah membuangmu.'
Christian menyapu pandangan di sekitarnya, mencoba mencari seseorang di hutan yang mengelilinginya. Namun nihil, sepi sekali.
Sambil membuang napas kasar, ragging bull miliknya dimasukkan ke holster di pinggangnya, tangannya didekatkan ke wajah bayi perempuan itu yang tertidur dengan napas normal, membelainya pelan dengan jarinya yang besar. Bayi perempuan yang begitu cantik dan tak berdosa.
Dengan gagah, Christian mencoba untuk menggendong bayi perempuan itu, berusaha untuk tidak membangunkan si bayi yang mulai gelisah di dalam tidurnya. "Tenang, tenang ... ada Paman di sini. Jangan menangis, Cantik. Jangan menangis."
Tak peduli dengan peluh dan bau amis darah yang masih menempel dijaketnya, Christian menggendong si bayi, membawanya masuk ke dalam gubuk tua itu. Dari depan tampak seperti hanya sebuah gubuk tua yang tak terurus, siapa saja yang melihatnya pasti mengira gubuk ini banyak hantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] VENUS
FanfictionBagi Christian Bangㅡketua dari komplotan pembunuh bayaran, IORachaaㅡmenemukan seorang bayi perempuan di tengah hutan depan markasnya, menjadi sebuah perasaan yang amat membingungkan. Ia pikir, datangnya bayi perempuan yang akhirnya ia namai Venus Ba...