BAB 26.

683 155 31
                                    

December 27, 2002

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

December 27, 2002. ⸺⸺⸺⸺

Udara dingin berkat musim dingin yang membungkus wilayah hutan Geomeun, tak mempengaruhi Christian untuk pergi keluar ruangan. Dirinya berada di pinggir sungai dengan air terjun mengalir deras, duduk di bebatuan besar mengenakan pakaian tebal dan pistol di tangan; pistol berjenis Revolver, taurus raging bull berkaliber 22 isi delapan peluru itu, dibelai dengan tangan dinginnya. Dua hari yang lalu, Christian membunuh si putih, remaja laki-laki tak berdosa yang tak sengaja ia tembak dengan timah panas dari pistol yang ia pegang.

Rasa bersalah sedikit menghantui, yah, meski sebenarnya semua salah sang target yang tiba-tiba menarik pakaian remaja laki-laki itu karena dekat dengan posisinya. Netra coklat si putih menatap Christian terbelalak kala anak bedil menembus kepala hingga darah membasahi tanah bersalju yang sedang mereka pijak. Dan, bodohnya Christian langsung meninggalkan mereka, sebab masih ada dua putih lainnya di dalam rumah, menyaksikan aksinya dan parahnya lagi Christian tak memakai masker wajah. Wajahnya pasti sudah teringat jelas di kedua putih hidup di sudut ruangan dalam vila yang ketakutan dekat perapian.

Christian memandang langit gelap yang menurunkan salju, mengucapkan ribuan kata maaf berulang kali di dalam hati, mengingat wajah si putih dibenaknya.

Sial, batin Christian.

Sembilan tahun dirinya menjadi pembunuh setelah keluar dari panti, ini pertama kalinya Christian membunuh orang tak berdosa, pertama kalinya juga ia merasa bersalah karena telah menghabisi seseorang. Dirinya tahu jika tembakan yang meluncur itu adalah tembakan tak sengaja, tapi tetap saja, nyawa seseorang tak bersalah telah Chistian hilangkan. Sebenarnya Christian lihat, si putih itu masih hidup meski anak bedil sudah bersarang di kepalanya, anak itu sekarat. Tapi karena takut ketahuan dan mendatangkan petaka lebih banyak, Christian malah lari sambil membawa Hyunja di gendongannya karena paha temannya itu juga kena luka tembak.

"Masih memikirkan si putih?" Christian menoleh tergemap, melihat Shinji di belakangnya dengan senter di tangan kiri dan puntung rokok menyala di tangan kanan.

"Tau dari mana aku di sini?"

"Aku mengikuti Hyung, tiga puluh menit aku merokok di pohon belakang, memperhatikanmu yang hanya diam memegang pistol itu." Shinji meletakkan sigaretnya di bibir, merogoh sesuatu dari balik jaketnya dan melemparkannya ke Christian. Untung saja Christian sigap, mengambil barang––ternyata bungkus rokok––yang hampir jatuh ke sungai.

Shinji mengapit batang rokok dengan jarinya dari bibir. "Aku diceritakan Nagi."

Yang lebih tua mengambil sebatang rokok dari bungkusnya, lalu mendengkus pelan, "Cerita apa dia?"

"Maskermu yang terlepas karena dihajar target. Sudah kubilang bawa Gyuseok ketimbang Hyunja. Kekuatan si beruang madu kampret itu lebih berguna dari pada pedang si pangeran manja."

Christian menghela. "Aku tak tau jika orang itu akan bawa senapan angin."

Yang lebih muda melirik, kemudian memberikan pematik dari saku celana, menyalakan api yang langsung disambut ujung batang sigaret milik si paling tua. Melihat asap sudah dilempar ke udara dari bibir sang ketua, Shinji duduk di bebatuan besar sebelah Christian.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Shinji.

"Tidak terlalu baik. Kalau nanti aku ingin mati, aku akan memintamu untuk membunuhku," jawab Christian asal mencerling Shinji yang terkekeh pelan, "kenapa tertawa?"

"Tidak, Hyung lucu."

"Aku tidak sedang melawak."

Shinji menyengguk. "Aku tau." Bibirnya menghisap batang nikotin candu itu lagi dan menghempas asapnya ke awang-awang. "Mungkin setelah ini, si putih itu akan menggentayangimu meminta pertanggungjawaban."

"Aku akan menyuruhmu tidur satu kasur denganku untuk jadi jimat," kelakar Christian.

"Dari pada jimat, aku akan menyuruh hantu si putih itu untuk mencekikmu."

Christian terbahak mendengarnya. "Jahat sekali."

"Ngomong-ngomong, anak-anak sedang merencanakan liburan tahun baru ke Chuncheon," ujar Shinji, "kau ikut?"

"Memangnya tidak ada pekerjaan?"

Shinji berdecak, "Kerja mulu, liburan lah!"

"Siapa tahu, 'kan, ada yang butuh pertolongan lagi dari kita," Christian nyengir menyahut Shinji yang mencebik, "terserah saja, aku ikut jika semuanya ikut."

"Jangmi-noona akan kita jemput di one room-nya, jadi dia tidak usah ke sini."

"Itu lebih baik, dari pada Jangmi bulak-balik."

"Oh iya..." Shinji menunjuk pistol di tangan Christian dengan dagu. "Aku lihat dari tadi Hyung hanya membelai pistol itu. Pistol itu bukan pelacur, jadi jangan dibelai terus."

Christian tertawa lagi, mulut Shinji memang kasar sejak awal dan Christian tak keberatan dengan hal itu. "Mulutmu itu mau kujahit, ya?"

"Coba saja kalau Hyung bisa." Shinji mendekatkan wajahnya, meniup asap rokok ke depan wajah Christian lalu berlari menghindari tangan Christian yang hendak menangkapnya. "Ayo, pulang. Di sini dingin," ajak Shinji.

"Tunggu sebentar."

Christian berdiri, meletakkan rokoknya di atas bebatuan. Ia membuka kamar peluru putar pistol taurus raging bull yang sedari tadi ia pegang, memastikan tidak ada peluru tertinggal. Setelah itu kamar peluru postol itu ditutup, kemudian Christian melemparkan pistol itu ke dalam sungai.

"Siapapun dirimu, maafkan aku. Aku sungguh minta maaf dari hatiku yang paling dalam. Semoga kautenang di surga bersama malaikat ... kalau ada," monolognya dengan suara pelan. Christian memandangi aliran sungai deras yang ia yakini sangat dingin itu, lalu kembali ia berkata, "semoga kita bertemu lagi di kesempatan yang lebih baik, di semesta lain atau di dunia lain nanti. Kaubisa minta apapun dariku, Tuan Tak Berdosa. Sampai jumpa," pungkasnya sambil tersenyum tipis.

Christian mengambil rokoknya, menyusul Shinji yang menunggunya di balik pohon.

Perasaan Christian memang tak sepenuhnya membaik, setidaknya ia sudah mengucapkan kalimat penyesalan yang bisa jadi telah didengar oleh si putih dari atas sana.

Perasaan Christian memang tak sepenuhnya membaik, setidaknya ia sudah mengucapkan kalimat penyesalan yang bisa jadi telah didengar oleh si putih dari atas sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teman-teman :D Aku abis buat Official Trailer-nya VENUS :D

Semaleman bikinnya terus aku puas banget ~ Pertama kalinya aku bikin trailer buat work-ku sendiri, puyeng tapi seruuuuu!! Pengen bikin lagi kapan-kapan~

(人 •͈ᴗ•͈)

Ohiya, ditunggu chapter VENUS selanjutnya ya ~ Maaf kalo malem ini update pendek aja :D

PUBLISHED: April 7, 2021
REVISED: July 1, 2023

[✓] VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang