BAB 44. ⚠️

449 105 40
                                    

Akibat ledakan cukup besar itu, tempat tersebut malah jadi semakin ramai; belasan orang terluka atau mungkin sudah kehilangan nyawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat ledakan cukup besar itu, tempat tersebut malah jadi semakin ramai; belasan orang terluka atau mungkin sudah kehilangan nyawa. Kerumunan orang berseragam di depan (bekas) markas komplotan IORachaa membuktikan itu semua, umpatan demi umpatan terdengar, teriakan demi teriakan memasuki telinga, memerintah semua orang mengacungkan senjata lebih tinggi, tanda perang telah bergolak.

Keempat orang yang makin masuk ke dalam hutan itu melangkah cergasㅡGyuseok, Yeojoon, Deokmin, dipimpin oleh Christian memutuskan untuk berpencar menjadi dua kelompok; Gyuseok dengan Yeojoon, Deokmin dengan Christian.

Gyuseok dan Yeojoom berlari ke arah barat, menenteng pistol serta beberapa parang, menghindari kejaran tiga orang polisi karena memergoki mereka kala berlari ke arah hutan. Yeojoon meletuskan satu peluru ketika berlari, mengenai polisi paling depan yang juga tengah mengangkat senjata hampir menembak. Untung saja sang rubah lebih langkas.

"Kriminal bajingan!" Salah seorang polisi dengan mata monolid memekik, dia mengacungkan revolver digenggamannya ke arah kepala Yeojoon.

Dor!

Dor!

Dua peluru diluncurkan.

Tubuh sang polisi bermata monolid itu jatuh tersungkur ke tanah, menindih jasad rekannya yang sudah mati lebih dulu.

"Jangan panik, Foxy! Kecepatanmu berkurang!" Padahal Yeojoon baru ingin yakin jika saat ini adalah saat terakhir kalinya ia berjuang sebagai anggota IORachaa. Namun, Gyuseok melindunginnya dengan menembak polisi bermata monolid itu di kepala hingga dua kali.

Gyuseok kembali meluncurkan timah panas ke arah polisi terakhir tepat di paha kanannya sampai terambau, lalu kembali menatap Yeojoon. "Setidaknya bertahan untukku, Dasar bodoh."

Yeojoon berdecih, mengangkat sudut bibirnya sambil terkekeh pelan. "Berisik banget, Tiang listrik."

Tak menghiraukan umpatan dari yang lebih tua, Yeojoon menghampiri jasad dua polisi tadi, merogoh seluruh senjata untuk dibawa, serta alat komunikasi yang langsung menghancurkan. Polisi terakhir (memiliki bibir tebal dan berhidung bangir) yang masih hidup, mengerang kesakitan karena luka tembak di area paha kanannya. Sekon selanjutnya, Yeojoon menarik pelatuk revolvernya sendiri ke ubun-ubun sang perwira polisi, hingga isi otaknya berceceran ke tanah dan celana milik Yeojoon.

 Sekon selanjutnya, Yeojoon menarik pelatuk revolvernya sendiri ke ubun-ubun sang perwira polisi, hingga isi otaknya berceceran ke tanah dan celana milik Yeojoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang