BAB 33.

537 134 51
                                    

Mungkin dari berbagai hal yang bisa Venus tangkap selama ini, rasa terima kasih adalah ungkapan terbaik; memiliki papa seperti superhero, mempunyai kesembilan paman yang memperlakukannya dengan manis, ada bibi yang penuh kehangatan, serta sering b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin dari berbagai hal yang bisa Venus tangkap selama ini, rasa terima kasih adalah ungkapan terbaik; memiliki papa seperti superhero, mempunyai kesembilan paman yang memperlakukannya dengan manis, ada bibi yang penuh kehangatan, serta sering bertukar kabar dan bertemu Eomma juga masih menjadi fasilitas terunggul.

Tangan kecilnya melambai ke dua sosok paman di perbatasan pagar antara lapangan parkir dengan gedung TKㅡShinji dan Sajaㅡyang bertugas untuk mengantar Venus ke sekolah lagi untuk sekian kali setiap hari senin; kadang Venus diantar Yeojoon dan Soohan di hari rabu; atau Gyuseok dan Hyunja di hari kamis; beberapa kali dengan Deokmin dan Nagi di hari selasa dan jum'at; kalau ada waktu senggang, Seomyung pasti ikut mengantar.

Tapi tidak dengan sang papa, Christian Bang. Venus hanya tahu jika papanya tidak akan mengantarnya ke sekolah karena harus istirahat setelah bekerja, tanggung jawabnya sebagai pencari nafkahㅡkata Shinjiㅡterlalu besar sehingga Venus memaklumi. Tapi, ketika tungkak Venus mulai berjalan menuju pintu gedung TK-nya, ia iri ketika melihat beberapa anak diantar oleh kedua orang tua utuh, ayah dan ibu. Tidak semuanya, memang. Ada yang dengan ibunya saja atau dengan ayahnya saja; kening mereka dikecup, pipi mereka dielus, kata-kata semangat juga dilontarkan.

Venus menoleh lagi ke belakang, Shinji masih di sanaㅡbersandar di pintu mobil yang terparkir di depan pagar sambil bersedekap, di sampingnya ada Saja yang kembali mengawai kedua tangan ke arah Venus tak tahu malu. Anak itu tersenyum lebar, setidaknya ia memiliki banyak orang yang menyayanginya. Ia masih memiliki para paman yang selalu mengantarnya ke sekolah, bibi Jangmi juga sering datang ke rumah untuk mengantar makanan yang enak dan membawa pakaian yang lucu serta mainan yang banyak. Meski sang papa tak pernah mengantarnya ke sekolah, Venus masih mendapatkan hal yang tak kalah penting dari itu; seperti diajarkan seperti sikap sopan santun, toleransi, selalu berkata baik, dan ramah ke semua orang.

"Selamat pagi, Ibu guru!" Venus menyapa wali kelasnya, Kira Moon di depan pintu masuk sambil membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat ke depan. Kalau kata papa, hal ini untuk menghargai ibu guru bukan hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai orang tua.

"Selamat pagi, Venus! Diantar sama siapa hari ini?" tanya Kira, berjongkok menyamaratakan tinggi badannya dengan Venus.

"Hari ini sama Paman Shinji dan Paman Saja, Bu Guru!" Venus menunjuk dua orang pria dewasa kikuk di kejauhan. Tingkahnya sekarang seperti menyapa satu sama lain dengan ekspresi aneh dan wajah memerah. "Oh iya, Bu Guru ... kata Paman Shinji, Bu Guru cantik seperti biasa," tambah Venus, mengingat perkataan Shinji ketika mereka baru saja sampai di parkiran utama TK.

Kedua pipi gurunya bersemu, terlihat dari kulit putihnya yang kontras. Venus terkekeh sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, bermaksud ingin menggoda sang guru dengan pamannya yang terkenal galak jika bersama para paman yang lain.

"Ayo, kita masuk ke dalam. Kelas akan segera dimulai," kata Kira mengalihkan topik seraya menggandeng tangan Venus.

Sebelum masuk, Venus lagi-lagi menoleh ke arah belakang untuk memastikan keberadaan dua pamannya, lalu melambaikan tangan lagi untuk berpamitan dengan mereka.

[✓] VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang