BAB 21.

690 143 27
                                    

Sementara itu di bagian timur laut Korea Selatan, tepatnya di sebuah rumah bawah tanah di hutan Geomeun, kota Sokcho, provinsi Gangwon––delapan orang laki-laki dewasa telah bersiap dengan persenjataan lengkap; belati, pistol genggam maupun laras p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu di bagian timur laut Korea Selatan, tepatnya di sebuah rumah bawah tanah di hutan Geomeun, kota Sokcho, provinsi Gangwon––delapan orang laki-laki dewasa telah bersiap dengan persenjataan lengkap; belati, pistol genggam maupun laras panjang, serta pedang juga keling logam. Rompi anti peluru yang tak pernah mereka gunakan akhirnya terpakai juga, mengingat lawan mereka bukan para pendosa lemah seperti biasa, melainkan aparat negara yang berhasil menangkap sang ketua.

Mereka, IORachaa––dipimpin sementara oleh Deokmin, anggota tertua yang berada di barisan paling depan, akan mengepalai jalannya aksi menuju tempat eksekusi dengan mengendarai mobil minivan hitam berkapasitas sembilan orang. Seluruh anggota yang akan bertugas di lapangan, naik ke dalam mobil; Deokmin berada di paling depan bersebelahan dengan Yeojoon yang mengemudi. Soohan, Shinji, dan Gyuseok berada di bangku penumpang bagian tengah. Lalu Saja, Nagi, dan Hyunja berada di paling belakang. Seomyung memantau di markas, di belakang meja komputer, sekaligus menemani Venus karena Jangmi tak bisa menjaganya sebab mengikuti study-tour dari sekolahnya ke pulau Jeju.

Ngomong-ngomong soal Venus, setelah dua hari lalu Christian pergi dan tak kembali, Venus tampak tak bersemangat. Ia bahkan menangis berkali-kali seharian penuh, tidur pun tidak tenang karena sangat jelas ia bermimpi tentang Christian. Anggota yang lain jelas tidak tega, melihat keponakan kecil mereka sedih karena ayahnya tak pulang ke rumah.

"Venus..."

Suara Seomyung membuat Venus yang berada di sofa ruang kerja miliknya menoleh singkat. Ia memeluk boneka serigala kecil yang pernah diberikan Christian dengan erat sambil cemberut, menidurkan kepalanya di bantal sofa yang empuk. Lama-lama bibir Venus bergetar, terisak sesaat mengemut telinga boneka yang basah karena liur, sampai akhirnya ia menangis sejadi-jadinya.

"Papa ... ndak puang..."

Seomyung benar-benar tak tega. Tubuh balita itu langsung dipeluk dengan erat, ia menepuk-nepuk punggung Venus dengan pelan berusaha menenangkannya. "Papa pasti pulang, Paman yang lain sedang menjemput Papa, lho."

"Jemput Papa?"

Kepala Seomyung mengangguk, menatap Venus sambil tersenyum. "Papa tidak bisa pulang sendiri, jadinya Paman Deokmin dan yang lainnya akan datang menjemput Papa."

"Papa ... nanti puang, Paman?"

"Papa pasti pulang. Venus mau nunggu Papa?"

Venus mengucek matanya yang berair, mengangguk cepat dan menjawab dengan suara yang begitu serak, "Mau! Papa haus puang!"

"Venus bisa tidur dulu, ya. Kalau Papa sudah pulang, Paman bangunkan."

Tak ada bantahan dari balita kecil itu, Seomyung membenahi posisi Venus yang tidur di atas sofa ruang kerjanya, menyelimuti balita itu dengan selimut kain sampai batas leher.

"Papa cayang aku, ndak?"

Seomyung hanya membelai kepala Venus yang matanya sudah sayu, "Sayang. Papa sayang sama Venus, sangat."

[✓] VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang