Chapter 54

459 64 8
                                    

Hari sudah berganti ketika Seungcheol kembali dari ruang dokter. Ia segera menghampiri Bona dan Yunseo yang siap sedia menunggu kabar darinya. Mereka sangat khawatir, terlihat jelas dari betapa cepatnya mereka bereaksi saat pria itu sampai.

"Bagaimana?"

"Dokter berkata dia perlu bertahan di sini sementara waktu." Seungcheol langsung menjelaskan kesimpulannya. "Dia menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan, tetapi ketubannya belum pecah."

"Apa dia baik? Perlukah dilakukan operasi?" tanya Bona.

"Dokter akan pertimbangkan lagi tentang operasi. Saat ini dia membaik, dia sudah tidak merasa sakit lagi. Sekarang dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan dan mesti beristirahat."

Bona dan Yunseo sama-sama bisa bernapas lebih lega setelah mendengarkan penjelasan Seungcheol. Sejak sampai di rumah sakit, mereka hanya bisa menunggu. Kabar itu tentu saja melegakan karena setidaknya Areum tidak lagi kesakitan.

"Haruskah kita hubungi Wonwoo?" Kali ini Bona setuju pada Yunseo, ia juga merasa harus menghubungi pria itu.

"Hubungi dia nanti. Areum belum tentu melahirkan segera. Memberitahunya sekarang hanya akan membuat dia panik. Saat dia sudah di sini, beritahu dia untuk langsung ke rumah sakit." Penjelasan itu menjawab pertanyaan Bona, namun entah bagaimana seperti terjurus pada Yunseo.

"Oppa yang akan hubungi dia?" Yunseo bertanya dengan penuh maksud.

Seungcheol cukup pandai memahami maksud Yunseo, ia mengangguk cepat. "Iya, akan aku lakukan. Kalian sebaiknya beristirahat. Tak apa jika ingin pulang. Aku akan tinggal dan menjaganya."

"Aniya, Oppa. Kau yang lebih baik pulang. Aku yang akan menjaganya. Kau bekerja seharian, kau butuh istirahat. Pulanglah bersama Bona eonni, aku yang akan tinggal."

"Kau yakin?"

"Iya. Biar aku yang menjaga Areum. Tapi pastikan Oppa hubungi Wonwoo nanti."

"Oke."

.

.

.

.

.

"Tapi bukan berarti pekerjaan lebih penting, kan?"

"..."

"Bukan berarti kalian melewatkannya hanya karena rapat, kan? Rapat apa yang lebih penting dari Areum yang akan melahirkan? Aku ingin kalian di sini sebelum bayinya lahir."

"..."

"Ini Areum yang akan melahirkan, bukan orang lain. Bisakah kalian mengerti? Apa kalian juga seperti ini saat aku yang akan melahirkan?"

Yunseo memutuskan panggilannya dengan kesal. Ponselnya ia genggam erat, ia memukul pahanya sendiri untuk melampiaskan amarah. Ia hendak berteriak hanya jika hal itu tidak akan membangunkan Areum yang sedang tidur.

Ia baru saja menghubungi kedua orang tuanya untuk memberi kabar. Ia tidak akan kesal kalau saja mereka menyambut baik berita yang diberitahukannya. Namun ia tidak senang dengan yang terjadi selanjutnya. Kedua orang tua mereka tidak bisa kembali ke Seoul dengan alasan pekerjaan. Ia tidak terima dengan itu. Yunseo gusar sampai rasanya ia ingin meremukkan ponselnya. "Pekerjaan apa yang lebih penting daripada anak mereka sendiri?"

Setelah puas meremas ponselnya terlalu keras, Yunseo melirik kecil ke arah jam di layarnya. Sudah lewat jam tiga pagi. Ia sadar bahwa ia sudah terjaga hampir sepanjang malam. Padahal ia merasa lelah. Punggungnya pegal karena ia terus-terusan duduk. Ia ingin beristirahat, jadi ia menarik kursinya mendekat pada kasur Areum. Ia membaringkan kepalanya di sana, mencoba menutup mata dengan tenang.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang