Chapter 52

408 60 6
                                    

Yunseo melirik jam di tangannya sesaat setelah ia selesai memarkir mobilnya di garasi. Ini sudah sore hari. Dia pergi keluar cukup lama. Untuk beberapa alasan yang ia sendiri tak tau, ia khawatir pada Areum.

Buru-buru ia melangkah masuk ke dalam rumah. Dari luar rumah menurutnya sangat sepi, dan ia sesungguhnya terbiasa dengan itu. Tetapi hari ini berbeda. Areum ada di dalam. Ia khawatir jika terjadi sesuatu.

Ketika Yunseo mendorong pintu depan, ia langsung mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah. Pintu kamarnya tertutup. Tidak ada tanda-tanda pergerakan atau kekacauan. Wanita itu memperepat langkahnya memasuki rumah, hendak memeriksa kamar Areum saat ia mendengar suara berisik dari dapur. Ah, sebuah gagasan masuk akal segera ia sadari dan ia langsung menuju dapur.

Satu hal yang Yunseo lihat ketika ia sampai di ambang pintu dapur: kekacauan. Ada terlalu banyak hal yang ia temukan di atas meja dapur. Bekas-bekas sayuran juga butiran putih tepung. Kedua kompor di sana menyala, ada satu panci ukuran sedang berisikan sup yang sedang mendidih. Oven menyala dan Areum sedang mengeluarkan sebongkah besar roti kukus dari sana.

"Eonni, kau sudah pulang? Ingin makan sesuatu?"

Tanpa rasa bersalah, Areum tersenyum. Di wajahnya yang penuh dengan tepung, dia tersenyum. Yunseo memandang senyum itu sangat geram, ia langsung menghampiri Areum dengan emosi.

"Kau ...." Yunseo seperti ingin mengatakan sesuatu yang serius, wajahnya sangat menakutkan. Namun, wanita itu malah menangis.

Areum awalnya terdiam masih dengan sarung tangan pelindung panasnya. Ketika ia sadar bahwa sang kakak menangis, ia langsung panik. Secepat klilat sarung tangan itu dibuangnya ke sembarang tempat dan ia langsung berlari memeluk Yunseo.

"Eonni, ada apa?"

"Kau ... baik-baik saja?"

"Iya, aku baik. Eonni, ada apa? Mengapa eonni menangis?"

"Aku kira terjadi sesuatu padamu." Di dalam pelukan Yunseo menangis keras. "Kau tidak balas pesanku. Saat aku sampai rumah begitu sepi dan kamarmu begitu rapat. Aku takut terjadi sesuatu padamu dan kau malah dengan asik memasak. Kau membuatku khawatir dasar bodoh."

"Eonni ... maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

.

.

.

.

.

"Tadi siang aku sedikit lapar. Saat aku memeriksa dapur, tidak ada bahan makanan. Awalnya aku ingin memesan saja, tetapi aku teringat Eonni dan Oppa pasti juga akan lapar saat pulang, jadi aku membeli beberapa bahan dan membuatkan sesuatu untuk kalian," jelas Areum perlahan.

Yunseo masih sesegukan, ia pelan-pelan meminum segelas air yang diberikan Areum. "Bagaimana kau membeli semua bahan itu? Kau ... kau pergi keluar?" Yunseo berbicara sambil sesegukan.

"Tidak, eonni. Aku hanya memesannya secara online. Tadi ada kurir yang mengantarkannya ke sini."

"Kau melakukan semua ini untuk apa? Kau tidak lelah?"

"Tidak, aku justru senang karena bisa memasak lagi setelah sekian lama. Wonwoo Oppa sangat cerewet. Dia melarangku memasak padahal aku baik-baik saja."

Areum menyadari bahwa topik yang ia pilih sedikit tidak menyenangkan, wajah Yunseo masih murung meski ia sudah berhenti sesegukan. Wonwoo tidak seharusnya ia bicarakan. Ia menyesal sekali. Karena tidak bisa mengendalikan ekspresi panik, ia kemudian beralih dari meja dan berpura-pura memeriksa masakan yang masih dalam proses pengerjaan.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang