Chapter 28

715 93 65
                                    

Sebenarnya, perasaan pria itu tidak tenang sejak beberapa hari belakangan. Bahkan sebelum ia pergi meninggalkan Seoul, hingga sekarang ia sudah berada di kota itu kembali, perasaannya masih saja begitu. Setelah mengemudi dalam waktu lama dan akhirnya bisa beristirahat, pria itu berharap ia bisa merasa lebih baik.

Akhirnya punggungnya bisa kembali lurus bersama tempat tidur. Pakaiannya pun sudah sangat pas untuk melelapkan tubuh yang selama beberapa hari terakhir dipaksa bekerja tanpa henti. Seharusnya tidur bukan lagi yang perlu ditunggu, namun ia masih terjaga sambil menatapi langit-langit kamarnya yang berwarna putih pucat.

Ia sudah bertahun-tahun hidup sendiri. Namun baru malam ini, ia merasa hidupnya terasa begitu sepi. Setelah semua pekerjaan yang melelahkan, ia acap kali tak punya waktu untuk merenung seperti ini. Baru kali ini, setelah sekian lama, ia akhirnya bisa meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan apa yang telah ia lakukan.

Ia berbohong jika tidak merindukan sang mantan kekasih. Hubungan yang selama ini diperjuangkannya dengan jiwa dan raga, harus berakhir bersama gelapnya malam. Ia berpikir akan lebih mudah untuk teralihkan dengan melibatkan diri pada banyak hal yang membutuhkan pikiran ekstra—seperti bekerja, namun pada kenyataannya hanya karena sebuah pemandangan tidak menyenangkan saja, satu minggunya telah diinvasi oleh perasaan tak karuan.

Dia sepertinya sudah bahagia.

Kalimat itu seperti sebuah hipnotis, membawanya pada lamunan panjang tidak karuan. Kesimpulan yang bisa ditariknya hanyalah berupa penyesalan. Berapa kali pun ia memikirkannya, seperti tidak ada jalan lagi untuk mengembalikan masa lampau yang penuh kenangan. Bahkan walaupun ada, jalan itu sudah dihancurkan oleh dirinya sendiri, dengan ego yang berubah menjadi sesuatu yang mampu menyakiti orang lain.

Sebuah kerlipan membuatnya sadar dari lamunan, dan hal pertama yang dilakukannya adalah meraih benda persegi panjang yang sejak tadi hanya berdiam di atas nakas. Kebiasaan buruknya yang satu ini belum juga bisa diperbaiki meski sudah mengakibatkan banyak masalah. Selama satu minggu bekerja di luar kota, tidak satupun pesan yang dibacanya. Ponsel pintar itu hanya berputar-putar pada urusan pekerjaan saja. Semua hal yang bukan tentang urusan itu diabaikannya.

Seperti sudah terbiasa, angka dua digit tanda banyaknya notifikasi yang belum terbaca tidak lagi mengejutkan seorang Jeon Wonwoo. Hanya matanya yang menyesal, diperburuk penglihatannya dengan menatap layar ponsel yang menyala terang di antara kamarnya yang miskin pencahayaan. Kacamata yang bergeser karena tidak sengaja terkena tangan yang hendak mengusap mata itu tidak berhasil menyadarkannya untuk segera menghentikan kebiasaan buruk ini.

Sebuah nama menarik perhatiannya. Bukan karena namanya saja, tetapi juga titik berwarna yang di dalamnya membuat angka dua digit tanda jumlah pesan tak dibaca. Bukankah '56' menjadi sangat menarik untuk diketuk? Terutama jika si pengirim pesan adalah orang yang sangat penting dalam sebuah konotasi. Pesan yang terlihat sebagai pesan terakhir yang dikirimkannya juga sangat menggoda untuk segera dibuka.

Terlalu banyak pesan berwarna cerah semakin membuat mata pria itu lelah. Ia mulai membaca dari atas, meskipun hasilnya ia perlu mengusap mata berkali-kali. Sekali dicobanya untuk membaca tanpa kacamata, namun hasilnya tidak baik sama sekali. Posisi punggungnya yang sudah lurus pun terasa tidak nyaman hingga ia kembali duduk untuk membaca dengan baik. Bukan hanya pesan, bahkan terlalu banyak notifikasi panggilan yang tidak terjawab. Penglihatannya memburuk begitu pula perasaannya. Sepertinya ketidaknyamanan yang dirasakannya belakangan adalah karena ini.

Areum.

Tidak ada petunjuk tentang mengapa gadis itu berulang kali menghubunginya, mengirim pesan permintaan untuk bicara juga ungkapan kekecewaan karena tidak adanya respon. Namun sangat jelas terjadi sesuatu yang buruk. Tidak mungkin gadis itu menghubungi pria yang paling dibencinya sebanyak ini tanpa alasan yang penting. Lagi, sepertinya pria itu bisa menebak meski tanpa dasar dan bukti yang kuat.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang