Chapter 33

653 99 63
                                    

Gadis itu sangat beruntung karena lagi-lagi bisa kembali ke rumah dengan selamat setelah berkendara layaknya seseorang yang kesurupan. Keadaan dirinya sangat tidak nyaman untuk dipandang. Ia belum makan apapun pagi ini. Pakaiannya sangat biasa—hanya celana jeans pendek dan baju kaos biasa. Kakinya dibalut asal dengan perban, tanpa alas kaki ia menginjak rem.

Cat kuku yang sebelumnya begitu cantik kini mulai terkelupas bersama dengan kulit sintetis pelapis kemudi mobilnya. Kuku-kuku itu menancap di sana, menggores bahkan menyobek sedikit demi sedikit. Ia tak sadar menyakiti dirinya sendiri, tetapi itu bukan masalahnya sekarang.

Ketika gadis itu membuka pintu, matahari sudah tergelincir dari tempatnya yang paling tinggi. Ia menerobos masuk dengan cara yang paling kasar, sehingga siapapun yang berada di rumah itu pasti menyadari kehadirannya.

"Yunseo, kau dari mana saja?"

Seungcheol, pria itu muncul dari arah dapur dan langsung saja menghampiri Yunseo. Gadis itu bahkan tidak mengangkat wajahnya.

"Mengapa kau baru pulang sekarang? Dari mana saja dirimu? Di mana kau tidur malam tadi?"

Yunseo tak bersemangat untuk memberikan jawaban, kepalanya menunduk seperti seluruh beban pikiran membuatnya terasa berat. Gadis itu mengabaikan sang kakak dan berjalan melewatinya.

"Yunseo! Choi Yunseo!"

Saat suara Seungcheol meninggi, Yunseo sedikit bergeming. Langkahnya berhenti beberapa detik, namun amarahnya tidak. Ia sedang tak ingin bicara dengan siapapun, ia melangkah menjauh dan menaiki anak tangga.

"Apa kau selalu seperti ini? Jika aku tidak ada di rumah, kau selalu pergi malam hari dan pulang keesokan harinya?"

Seungcheol meremas jemarinya geram, gadis itu tidak memberikan apapun kecuali punggungnya.

"Choi Yunseo!"

"Bisakah kau diam?!" Yunseo berteriak keras, mengalahkan kerasnya suara Seungcheol. Ia membalik tubuhnya cepat, menampakkan matanya yang merah dan berkaca-kaca, "Sejak kapan kau peduli? Kau, ayah, ibu, Areum, kalian semua sama saja!"

"Apa yang kau bicarakan, hah? Mana sopan santunmu? Belakangan kau mulai bertingkah keterlaluan. Ini bukan dirimu yang biasanya."

"Memangnya seperti apa diriku yang biasanya? Kau tidak pernah tau karena kau bahkan tidak pernah ada di rumah ini. Jangan campuri urusanku!"

"Choi Yunseo—"

"—semua orang di rumah ini gila!"

"Jaga mulutmu!" Seungcheol hampir saja menggerakkan tubuhnya mendekati Yunseo dengan kepalan tangan jika bukan karena Bona memeluk lengannya. Wanita itu datang dari arah dapur, terkejut karena keributan mereka. "Ada apa denganmu, hah? Jangan tambah masalahku dengan tingkah lakumu yang buruk."

"Aku mengatur hidupku sendiri jadi jangan ganggu aku. Hanya karena kau lahir lebih dulu dari aku, bukan berarti kau bisa mengaturku begitu saja. kau bukan kepala keluarga dan aku juga tidak butuh pelindung sepertimu. Kau bahkan tidak pernah di rumah saat hari libur, mengapa sekarang berada di rumah? Lagi, kau bahkan membiarkan kekasihmu berada di sini sepanjang malam, lalu mengapa harus mengatur di mana aku menghabiskan malamku?"

Bona memegangi lengan Seungcheol seerat mungkin, ia begitu takut karena terlihat sekali Seungcheol sedang murka. Karena hal itu, Yunseo merasa leluasa untuk mengatakan semua yang ingin ia katakan.

"Jangan campuri urusanku lagi! Ini hidupku, biarkan aku yang mengaturnya sendiri!"

Gadis itu kemudian menghapus sisi-sisi matanya yang basah dan berlari menaiki sisa anak tangga untuk menuju kamarnya. Teriakan Seungcheol memanggili namanya sama sekali tidak digubris. Ia membanting pintu kamar dengan keras kemudian menguncinya dari dalam.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang