Chapter 38 [A]

698 82 43
                                    

"Eonni sudah pergi?"

Pertanyaan itu pertama kali keluar dari mulut Areum ketika ia akhirnya menampakkan diri setelah mual tadi pagi. Seungcheol yang lagi-lagi berada di depan laptop, tidak menyadari kehadirannya. Pria itu sedikit terkejut, tetapi hanya selang satu detik ia langsung tersenyum, menghilang kecemasan di wajahnya.

"Iya. Dia berkata harus ke kampus. Kau sudah lebih baik?"

Areum mengangguk lalu mengambil tempat di sebelah sang kakak. Ia menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak. Si pemilik bahu tidak sama sekali ingin protes walau pekerjaannya terganggu.

"Sebaiknya kau di kamar saja, tidak perlu pergi keluar kalau masih pusing."

"Aku bosan."

"Baiklah, Oppa akan menemanimu."

Pria itu mengalah dengan pekerjaannya dan menyadarkan punggung di sofa. Areum mengikuti dan mereka berakhir sama-sama diam menatap langit-langit rumah yang terlihat begitu jauh. Seperti kesulitan memulai pembicaraan, meski sama-sama merasa bosan mereka tak tau harus membicarakan apa. Terlalu banyak pembicaraan yang sesungguhnya harus mereka diskusikan, tetapi efek samping diskusi itu sangat mengganggu, membuat mereka ragu untuk mengutarakannya.

"Oppa,"

Tetapi dia yang paling kebingungan lah yang memulai lebih dulu.

"apa Oppa sudah memberitahu Eonni?"

"Sudah."

"Lalu apa yang dia katakan? apa dia marah?"

"Dia tidak mau mendengarkanku. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya. Kau hanya harus menjaga kesehatanmu saja. Ketika ayah dan ibu datang, aku ingin Wonwoo datang dan mengatakannya langsung pada mereka."

"Eonni benar-benar sudah tau?" pertanyaan itu diulang seakan-akan redaksi seluruhnya tidak sampai.

Seungcheol menghela napas, ia tau Areum mengharapkan jawaban yang lebih baik. Dia pun bingung karena tak bisa mengelak. "Belum. Dia hanya tau kau hamil dan akan segera menikah. Dia tidak tau kalau pria itu Wonwoo."

"Oppa tidak mengatakannya?"

"Dia memotong ucapanku dan pergi begitu saja. Aku tidak tau apa yang terjadi padanya, tapi... dia sedikit terlalu sensitif."

"Haruskah aku yang mengatakannya?"

"Jangan!" suara Seungcheol meninggi karena terlalu tegang, lalu dia segera sadar untuk mengendalikan diri, "kau tidak perlu memikirkannya. Kau tidak boleh memikirkan hal lain selain menjaga bayimu saja,"

"Tapi-"

"-jangan memikirkannya, kau ikuti saja apa yang aku katakan,"

Tiba-tiba saja suara ponsel mengganggu percakapan mereka, Seungcheol hendak menghentikan suara yang mengganggu itu, tetapi ketika ia melihat siapa yang menghubunginya, jemarinya berhenti untuk menghentikan panggilan. Pekerjaan yang ia tinggalkan mulai meminta kehadirannya lagi.

"Siapa?"

"Han, dia sudah menghubungi sejak pagi."

"Jawab saja kalau itu penting. Aku akan kembali ke kamar."

"Kau istirahat lah."

"Aku hanya melakukan itu seharian."

Areum memilih untuk membiarkan sang kakak sendiri untuk mengurus pekerjaannya. Perasaan bersalahnya ini membuatnya tak bisa tenang. Bahkan ia kembali pusing dan mual. Sebelum ia ingin muntah dan menyebabkan sang kakak kembali tak fokus bekerja, ia lebih baik menyembunyikan dirinya.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang