Chapter 50

592 64 12
                                    

Malam ini tidak terasa seperti malam pernikahan. Areum tidak memimpikan malam seperti ini yang ia dapatkan. Setelah semua masalah yang terjadi, juga pertengkaran yang tidak bisa ia ikuti, semuanya terlalu menyakitkan. Ia ingin mencerna dan memahami keadaan dengan cepat, tetapi ia tidak sanggup. Ia bahkan tidak sanggup lagi untuk menangis. Segalanya sudah terlalu rumit untuk ditangisi. Ia hanya bisa menjalani hari-harinya tanpa berharap banyak lagi.

Wonwoo duduk di sisi lain kasur, sisi di mana ia tidak bisa melihat wajah Areum. Ia merasa perlu memberikan waktu. Namun menyedihkan juga, ini malam pernikahan yang aneh.

"Apa keberadaanku membuatmu terganggu? Aku bisa pulang dan tidur di apartemen saja," ucap Wonwoo dengan melirik sekilas pada Areum yang masih memunggunginya.

"Ayah akan bertanya-tanya jika kau pergi, Oppa. Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," jawab Areum pelan. "Oppa ... beristirahatlah. Kau sudah melakukan banyak hal seharian."

"Kau tidak ingin membicarakannya?"

Tanpa menyebutkan apapun, Areum mengerti tentang topik apa yang dimaksud. "Aku tidak apa-apa."

"Aku bisa jelaskan apapun yang kau ingin tau. Agar kau tidak menyalahkan dirimu sendiri lagi. Aku tau kau lelah dengan pembicaraan ini, tapi aku ingin kau tau semua yang perlu kau tau. Aku bukan mencari pembelaan atas apa yang aku lakukan padamu. Aku hanya ingin kau tau jika kita bukanlah satu-satunya yang curang di sini. Jauh sebelum kau memutuskan untuk bersamaku, mereka lebih dulu menipumu."

"Tidak perlu menjelaskannya. Percuma saja. Aku tau atau aku tidak tau, tidak ada yang berbeda. Aku tidak berharap apa-apa lagi."

"Kau sungguh tidak tau? Tidakkah kau penasaran? Aku kira adalah hak mu untuk tau segalanya. Mereka mengkhianati kita."

"Aku sudah memaafkan mereka. Tidak apa. Aku senang karena mereka akhirnya bisa bersama. Bagus jika mereka tidak lagi berhubungan secara rahasia."

Wonwoo terkejut dan tidak terima. Ia tidak setuju dengan sikap Areum. Dia tidak berjuang keras mengekspos kebusukan Mingyu dan Yunseo hanya untuk dimaafkan begitu saja.

"Kau sadar bahwa mereka mengkhianatimu, bukan? Kau seharusnya marah. Aku ... aku hanya dikhianati kekasihku. Tapi kau ... kekasih dan saudaramu jelas-jelas menipumu di hadapanmu sendiri."

"Salahku yang tidak peka."

"Areum ...."

"Jika aku lebih peka, aku seharusnya tau. Aku sejak lama hanya menjadi orang ketiga dari persahabatan mereka. Seharusnya aku sadar untuk tidak merebut Mingyu dari kakakku. Aku bermimpi terlalu tinggi untuk bisa memilikinya."

Wonwoo menghela napa berat. "Kau menyalahkan dirimu sendiri lagi." Pria itu beralih posisi, kali ini ia ingin memandang mata Areum. "Sampai kapan kau seperti ini? Aku tidak suka kau yang bertindak seperti semua salahmu seakan tidak ada yang bisa kau lakukan. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu. Semua yang kau tunjukkan hanya air mata saja."

Areum menangis lagi. Air matanya terjatuh namun ia langsung menghapusnya. Ia memilih duduk, membiarkan Wonwoo duduk di sampingnya.

"Oppa, bisakah kau jujur?" Areum mencoba untuk tidak terisak untuk pertanyaan yang ia ingin tanyakan. "Jika ini semua tidak pernah terjadi, apakah kau tetap akan bersama kakakku?"

"Aku tidak mau menjawab jika itu akan membuatmu berpikir aku masih mencintai Yunseo."

"Tidak, aku hanya ingin berpikir. Aku ingin tau jawabanmu dengan jujur agar aku bisa mendinginkan kepalaku."

"Baiklah," ucap Wonwoo. Ia menarik napas pelan, "kau melihat semua yang aku lakukan untuknya. Kau bahkan tau perjuanganku. Aku tau, aku memang selalu terkesan mengabaikannya. Aku selalu mengutamakan pekerjaanku daripada dia. Tapi ... semua itu tentu beralasan. Kau dengar sendiri bagaimana ayah dan ibumu berbicara padaku tentang apa yang aku punya. Aku bekerja keras untuk bisa pantas di hadapan mereka. Tetapi dia tidak menghargai usahaku. Dia tidak melihat jerih payahku. Dan apa? Ternyata dia selingkuh dengan pria lain.."

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang