Chapter 40 [A]

665 78 72
                                    

"Aku pulang secepat yang aku bisa. Ayah dan ibu ada di kamar?"

Seungcheol berbicara secepat langkah kakinya yang gegabah. Ia menyeret tas dan barang bawaan lainnya dengan kewalahan, namun menolak saat Areum menawarkan bantuan. Ia lebih suka gadis itu bicara dan menjawab pertanyaannya.

Areum mengiringi langkah sang kakak, "Iya. Mereka di kamar sejak pulang. Mereka menolak makan siang dan sekarang masih belum keluar kamar juga. Kurasa mereka lelah. Tetapi mereka mencarimu, Oppa. Sebaiknya kau temui mereka,"

Mendengar saran Areum, Seungcheol menggeleng cepat, "tidak bisa. Aku belum punya persiapan apapun. Mengapa mereka pulang tiba-tiba? Bukankah seharusnya di akhir pekan?"

"Ibu berkata mereka kesal dan memutuskan segera pulang. Mereka ingin segera bertemu dengan..."

"Lalu kau sudah hubungi dia?"

"Sudah aku coba, tetapi kalian berdua kan sama-sama workaholic. Panggilanku tidak diangkat, jadi aku mengirim pesan saja. Semoga dia membacanya tepat waktu."

"Coba kau hubungi lagi saja dia. Jelaskan keadaannya. Pastikan dia datang atau aku akan menggantungnya."

"Baiklah, Oppa. Bisakah setelah membersihkan diri temani aku berbelanja? Bahan makanan tersisa sedikit. Aku tidak mau Ayah makan dengan bahan seadanya."

"Oke. Tunggulah 15 menit aku akan memanggilmu. Kau beristirahat di kamar saja."

Kedua saudara itu sama-sama menuju kamar mereka, sampai Yunseo tiba-tiba keluar dengan gelas air kosong yang ingin ia isi kembali.

"Sedang merencanakan sesuatu?"

Mata Seungcheol memincing, Yunseo terkekeh dengan pemandangan itu.

"Ada apa, Oppa?"

"Kau memilih untuk tidak peduli, kan? Kalau begitu jangan katakan apapun. Bersikaplah tidak peduli, itu yang terbaik." ucap Seungcheol dingin.

"Mengapa Oppa takut aku peduli? Tenang saja, aku tidak akan mencampuri urusan kalian. Persetan dengan kalian."

"Eonni, mengapa kau bicara begitu pada Oppa? Dia tidak bersalah sama sekali. Seharusnya eonni menghormati usahanya. Aku--"

Seungcheol menggenggam tangan Areum dengan erat, memberinya sinyal untuk berhenti bicara. "Tidak apa, Areum. Aku lebih suka dia diam saja. Pegang kata-katamu dan jangan campuri urusan ini sama sekali."

"Tidak perlu diulang. Aku akan jadi patung dengan seribu ejekan untuk kalian dan selingkuhan tercintamu itu." 

Yunseo berlalu dengan angkuh, merealisasikan kebenciannya dengan berjalan tanpa menoleh. Ia menyadari bahwa orang-orang yang barusan itu memandanginya dengan penuh arti, namun ia mengabaikan mereka. Baginya mereka itu hanya kumpulan orang-orang munafik yang kebetulan berada dalam kartu keluarga yang sama dengannya.

Areum dan Seungcheol memandangi punggung Yunseo yang menjauh dengan perasaan tak tentu. Seungcheol lebih dulu mengakhirinya dengan mengacak rambut frustrasi, ia mengumpat pelan dengan suara yang hanya ia yang bisa mendengarnya.

"Oppa, apa eonni sudah tau?"

"Aku tidak beritahu dia apapun."

"Lalu mengapa dia bersikap begitu? Tadi siang dia juga mengatakan banyak hal padaku."

"Kau abaikan saja. Aku akan mengurusnya nanti. Kau bersiap saja, kita pergi berbelanja. Jangan lupa untuk hubungi Wonwoo sekali lagi. Pastikan dia datang malam ini."

"Baik, Oppa."

.

.

.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang