Chapter 31

663 94 78
                                    

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Yunseo pergi ke tempat seperti ini. Seingatnya, sejak bersama Wonwoo, ia tidak pernah lagi ingin datang ke sana. Mingyu pun begitu, sejak bersama Areum. Memang, dulu anak itu sering sekali bermain-main ke tempat ini, tetapi dia sudah tidak tertarik lagi. Juga, setau Yunseo dia sudah berjanji pada Areum untuk menjauhi dunia club malam.

Namun pria itu jelas berada di sana. Dalam keadaan mabuk. Serius, Yunseo seakan lupa dengan masalahnya sendiri karena ia tidak sama sekali menyangka kalau akan menemukan Mingyu di tempat itu lagi. Walau ada masalah dengan Areum sekalipun, tidak pernah ia berakhir menghibur diri di sana. Dia sangat tau bagaimana Mingyu jika sampai mabuk berat, dan ia sangat khawatir sampai tak sempat lagi mengganti pakaian ataupun sepatunya.

Telinga Yunseo langsung saja pekak karena musik yang terlalu keras. Benar-benar lupa dengan kebiasaan lama. Ia menggerek gaunnya agar bisa berjalan lebih cepat. Lehernya menjadi sangat lentur untuk menyisir ruangan yang dipenuhi lautan manusia.

Tidak sekali atau dua kali Yunseo mencoba menebak-nebak alasan mengapa Mingyu bisa berada di tempat ini. Ia telah ribuan kali mendengar ucapan Mingyu tentang tidak akan lagi melakukan sesuatu yang Areum tak suka. Klub malam dan mabuk-mabukan itu berada di baris teratas yang paling dibenci oleh sang adik dan saat ini seorang Kim Mingyu tengah melakukan keduanya.

Leher Yunseo yang memanjang menemukan sosok Kim Mingyu di antara banyaknya orang. Suara musik keras dari DJ memang sangat asik untuk terlarut di dalamnya, dan pria itu sepertinya sangat menikmati sampai-sampai ia terus saja mengikuti irama walau keseimbangannya mulai menguap bersama panasnya keadaan.

Mingyu berdiri di sana, memegang botol minuman dan dikelilingi beberapa orang gadis. Tidak perlu penjelasan terlalu banyak bagi Yunseo untuk memberikannya tamparan begitu ia sampai di dekatnya.

"Kim Mingyu!"

Gadis-gadis yang berada di sekitar Mingyu tadi langsung saja membubarkan diri, mereka tak mau tersangkut masalah. Si pusat perhatian saat ini hanya memegangi pipinya yang terasa perih karena telapak tangan Yunseo.

"Sedang apa kau di sini? Sudah berapa botol yang kau minum? Cepat ikut aku pergi dari sini!"

Mingyu terlihat kesal karena tamparan di wajahnya. Ekspresinya menjelaskan dengan baik bahwa ia tak ingin kalah pendapat dengan Yunseo. Namun ketika ia mencoba berbicara, tubuhnya lunglai dan hampir roboh jika tidak gadis itu dengan sigap menangkapnya.

"Kau—oh, astaga! Sampai kapan kau mau minum kalau berdiri dengan benar saja kau tidak sanggup lagi? Berikan padaku benda itu!" Yunseo menjauhkan botol yang dipegang Mingyu kemudian membenarkan posisi pria itu untuk dibantunya melangkah keluar.

Mingyu tidak memberikan protes ketika Yunseo menjadi super sibuk untuk membawanya keluar. Yunseo sibuk mengomel. Ia merasa Mingyu pasti mendengarkannya dan menurut untuk pergi. Namun ketika ia mencoba mengajak pria itu melangkah, ia tidak berhasil.

"Kim! Kau—"

"—tinggalkan aku sendiri."

"Kau bicara apa? Ayo pulang bersamaku! Apapun yang terjadi ceritakan padaku. Kenapa kau seperti ini, huh? Bukankah kau sendiri yang berkata tidak akan pergi ke tempat ini lagi?" Suara Yunseo meninggi tiap kali musik mengalahkan volume suaranya.

Mingyu terlihat mencoba mengatakan sesuatu, namun ia lebih ingin menjauhkan diri dari Yunseo. Pria itu mendorong Yunseo menjauh. Wajahnya jelas menggambarkan seseorang yang bergumul dengan perjuangan melawan pandangan yang kabur, ia sulit sekali berdiri dengan tegap, gagal bicara karena kepalanya yang selalu berakhir terlalu berat untuk bertahan.

"Kim!"

"Kau... pergi saja! aku tidak butuh kau di sini..." bahkan dia mulai cegukan. Pria itu akhirnya tertunduk dengan bertumpu pada kedua lututnya, "...kau pergilah."

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang