Chapter 46

515 67 14
                                    

Angin. Makanan pokok orang-orang berhati gundah. Keduanya tidak bosan menatapi cahaya matahari tenggelam ditemani yang mengenyangkan perut kosong mereka. Satu diam membiarkan matanya lelah melawan cahaya yang menyakitkan, satu lagi sibuk mencari sudut yang bagus untuk menjadi latar belakang foto yang akan ia unggah ke Instagram.

"Kau ...." 

Setelah cukup lama pria itu memendam perasaannya, ia akhirnya bicara lagi. Ekspresinya seperti seseorang yang begah, hendak si kawan mengerti untuk tidak membuatnya bicara, namun tidak berhasil.

"Apa?"

"Mengapa kau bersikap seperti ini?"

"Sikap? Sikapku? Ada yang salah dengan sikapku?" 

Respon yang diterima pria itu tidak membahagiakannya, ia menjadi semakin kesal. Namun rasa kesal itu membuatnya lupa sejenak. Lupa dengan mengapa ia berada di sana dengan perasaan gundah sejenak.

"Kau diam saja setelah tau semua ini?"

Si lawan bicara berdecih, akhirnya memberikan tanda-tanda akan lebih serius memberikan tanggapan. 

Mingyu, dia menjadi lebih waspada. Waspada dalam artian sangat mengantisipasi perubahan gila yang ia duga akan dilakukan oleh Yunseo.

"Kim, berapa lama kau mengenalku?"

"Lima belas tahun."

"Menurutmu, apa aku akan diam saja? Kau kenal aku dengan baik."

"Tidak mungkin kau diam saja." Mingyu terkekeh. "Kau pasti akan meraung-raung seperti singa. Kau hancurkan semua barangmu. Kau bahkan hancurkan truk mainanku hanya karena cokelat dari ibuku jatuh ke tanah. Kau juaranya dalam hal merajuk."

"Kesimpulannya?" 

Seperti sedang dipermainkan, Mingyu sadar bahwa dia sudah menjawab pertanyaannya sendiri. Ia berpikir sejenak, membayangkan apa yang terjadi selama dia menghilang. "Lalu, apa yang terjadi?"

"Kau mungkin sudah bunuh diri kalau berada di posisiku."

"Benar Wonwoo?"

Yunseo diam tidak memberikan jawaban. Matanya melarikan diri dari pandangan Mingyu. Ia menghela napas cukup keras, lalu menutup matanya sendiri menikmati hembusan angin.

"Itu benar?"

"Aku melihatnya sendiri. Bajingan itu datang ke rumahku. Dia menemui orang tuaku. Seperti pahlawan dia mengatakan cinta, pernikahan dan menjadi seorang ayah."

"Jadi Areum benar-benar hamil?"

"Mungkin. Aku tidak percaya lagi pada apapun yang ia katakan. Tapi mungkin benar. Dia berperilaku seperti orang hamil belakangan. Ratu drama berlebihan."

Mingyu berakhir diam dan kecewa. Wajahnya menekuk, ia kalut. Dengusannya terdengar berulang-ulang, hingga sebuah teriakan keras keluar penuh tenaga.

"SIALAN!"

Yunseo tidak begitu ingin mengomentari apalagi menghentikan kawannya yang mulai melepaskan terlalu banyak umpatan. Ia kembali sibuk mencari sudut yang tepat untuk mendapatkan foto yang bagus.

"Bajingan itu! Sialan!"

Yunseo terkekeh kecil, sebuah kesalahan fatal karena emosi Mingyu saat ini tak terkendali. Pria itu segera memberikan tatapan membunuh, ia begitu tersinggung. Lebih parah ketika Yunseo bahkan tidak menyadari tatapan itu.

"Bagaimana bisa kau tidak kesal? Bagaimana bisa kau malah memperbaharui Instagram-mu?"

"Aku tidak mau mengganggumu kalau sedang emosi. Terakhir kali kau lemparkan pecahan kaca ke kakiku, aku sudah cukup mengerti. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Sampai perasaanmu membaik. Atau kau mungkin ingin berlari ke arah laut dan membiarkan dirimu tersepah ombak sampai tewas dan tubuhmu hilang ... aku juga tidak akan mencegahnya."

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang