Chapter 47

589 62 11
                                    

"Lalu kau ingin aku melakukan apa?"

Mingyu meregangkan punggungnya yang tegang. Ia tidak tenang meski terlihat santai. Ia tidak berani memandang, hanya berani mencuri pandang pada orang yang masih berwajah lesu di sebelahnya.

"Aku yakin Areum dan Seungcheol Hyung tidak bermaksud melupakannya. Mereka pasti punya alasan."

"Diamlah. Perasaanku tidak akan jadi lebih baik hanya karena kau membela mereka."

"Lalu kau ingin aku melakukan apa?"

Mingyu masih tak berani memandang lagi, ia memilih memperhatikan keadaan sekitar dari dalam mobil saja. Yunseo menangis lagi, dan kali ini ia membiarkan sang kawan begitu saja. Satu-satunya yang ia lakukan adalah memberikan kotak tisu. Matanya enggan menatap, ia menyerahkan benda itu tanpa memandang Yunseo.

"Aku tidak akan lihat wajah jelekmu. Menangis saja. Aku pinjamkan tempat ... dan telinga. Itu pun kalau kau ingin menceritakannya."

Kalimat Mingyu tidak membuat hati Yunseo tenang, gadis itu menangis keras dan tersedu-sedu. Pria itu mencoba untuk tidak jijik, dengan suara dengusan Yunseo tiap kali hidungnya mencair. Ia juga memegang kata-katanya untuk tidak menoleh, meskipun ia sangat penasaran.

"Bagaimana ... bisa ... ulang tahunku ... mereka ...."  ucap Yunseo tersedu-sedu.

"Aku yakin mereka tidak bermaksud melupakannya. Seungcheol hyung sering sibuk, dia pasti terlalu banyak bekerja sampai lupa dengan hari ini. Areum ... ah, anak itu terlalu polos. Tidak mungkin dia sengaja. Ku dengar dia terlambat pagi ini, pasti itu alasannya. Biar aku beritahu dia sekarang agar segera setelah kelasnya selesai kita bisa rayakan ulang tahunmu," ucap Mingyu mencoba solutif. Ia kemudian meraih ponselnya dari laci dashboard, hendak melaksanakan niat itu. Ia hampir mengetik hanya jika ponselnya tidak direbut dan diambil alih oleh Yunseo.

"Hajima."

Aksi beserta satu kata larangan itu membuat Mingyu diam dan menatapi orang yang hanya beberapa menit lalu ia hindari untuk dipandang.

"Kenapa?"

Yunseo menggenggam erat ponsel Mingyu lalu menyembunyikannya di dalam dekapan dada, pria itu jelas tidak bisa melawan apalagi merampas hak miliknya. Ia hendak mengomel, tapi ia menyadari sesuatu. Entah mengapa Yunseo berhenti menangis seperti tadi. Wajahnya masih kusut namun ia berhenti menangis. Ia lega. Setidaknya ia bisa perlahan memulai suasana yang baik untuk menghibur Yunseo.

"Lalu kau ingin apa sekarang? Aku akan kabulkan permintaan princess yang berulang tahun. Tidak perlu siapa-siapa lagi. Tanpa Areum, tanpa Seungcheol, bahkan kekasih kurang ajarmu. Aku yang akan membahagiakan princess hari ini."

Yunseo terlihat masih cemberut, namun Mingyu sangat yakin jika perasaannya sudah lebih baik.

"Ayo tersenyum. Aku mengantri selama setengah jam di toko mainan yang isinya hanya remaja otaku dan ibu-ibu dengan anak balita hanya untuk mendapatkan pikachu itu."

Mingyu mencoba menarik perhatian lagi. Ia berhasil karena akhirnya Yunseo memberikan sedikit atensi pada hadiah yang ia berikan. Meskipun hanya boneka biasa, ia memang membelikannya untuk Yunseo. Pria itu benar-benar ingat tentang ulang tahun kawannya.

Sejujurnya ia ingin menyiapkan banyak hal. Ia ingin membuat pesta, yang besar bahkan, sehingga ia bisa juga mengundang banyak orang. Ia juga memikirkan tentang cara memberi kejutan yang akan membuat sahabatnya senang. Pria itu sampai berpikiran untuk membawa orang tua Yunseo yang hampir sulit sekali ditemui di negara mereka.

Namun usaha dan ide itu tidak cocok datang darinya. Bukan dia orang yang harusnya melakukan semua itu. Ia takut menyalahartikan persahabatan. Bagaimana pun juga, sebelum Areum beranjak dewasa dan menjadi kesayangannya, ada Yunseo. Orang yang menghabiskan waktu lebih banyak dengannya ketimbang siapapun. Mingyu tak ingin memunculkan dugaan-dugaan tidak berdasar karena mereka berdua bukan lagi anak-anak. Ada orang yang perasaannya harus mereka jaga. Hal sederhana ini, adalah pilihan yang bijak.

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang