Chapter 51

415 59 7
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan menghiasi pagi yang cerah.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan itu berulang karena tidak ada respon maupun suara-suara pergerakan yang terdengar setelahnya.

Tok! Tok! Tok!

Si pemicu bunyi mulai tidak sabar, ketukan menjadi sedikit agresif dan mengganggu.

Tok! Tok! Tok!

"Yunseo!"

Kesabaran mulai habis, ketukan saja dirasa tidak cukup. Padahal pria itu sudah berniat baik untuk mengetuk pelan agar tidak membuat pemilik  pintu sakit kepala karena terkejut dan bangun terpaksa, tetapi kenyataan membuat dia harus lebih tega.

Ketukan pintu tidak lagi nyaman didengar, akhirnya si pengetuk itu mendengar langkah kaki mendekat. Segeralah ia menyiapkan pose dan ekspresi yang tepat. Ketika pintu dibuka, ia sudah siap dengan permintaannya.

"Ada apa, Oppa?"

Yunseo, masih dengan mata yang kabur dan wajah mengantuk membuka pintu kamarnya. Ia menguap dan mengacak rambutnya sembarang. Matanya ia usap terlebih dahulu utnuk bisa melihat lebih jelas. Ia mendapati sang kakak sudah berpakaian rapi seperti biasa. Pria itu tidak menjawab pertanyaannya, tetapi ia menyodorkan sebuah benda di hadapannya.

"Hah?"

"Sarapanku mana?"

"Buatlah sendiri."

"Kau tau aku tidak bisa."

Yunseo mengacak rambutnya lagi, kali ini dengan penuh emosi, "Oppa, bukankah kau itu cerdas? Sekarang sudah ada teknologi bernama Google di mana kau bisa mendapatkan semua yangkau ingin ketahui. Juga ada Youtube yang akan mengajarimu semua hal yang kaumau. Bahkan mereka memberikan tutorial bernapas."

"Aku setiap hari mendengar kau bicara begitu. Daripada kau mengomel, lebih baik kau memasak sesuatu. Aku lapar."

"Toast roti saja. Aku masih mengantuk."

"Akan aku lakukan jika kau berbelanja kemarin."

Yunseo berakhir mengusap wajahnya kasar. "Iya. aku akan turun dalam lima menit. Jauhkan piring menyedihkanmu itu dari wajahku."

Seungcheol tersenyum bahagia seakan ia sudah biasa merasakan kemenanganan di atas keterpaksaan Yunseo. Pria itu menurut untuk turun menuju ruang makan. Yunseo dengan malas masuk ke kamar dan pergi mencuci wajahnya. Hanya jika ia tidak mersa bersalah karena tidak berbelanja bahan makanan, ia mungkin akan kembali tidur.

Yunseo sebenarnya sudah cukup terbiasa memasak untuk sang kakak. Ia mau tak mau mengambil alih tugas itu karena Areum tidak lagi tinggal bersama mereka untuk melakukannya. Meski terkesan terpaksa, ia tidak begitu memikirkan hal itu. Sang kakak memang tidak pernah mengerti dengan urusan dapur, dan keinginannya sendiri untuk menghilangkan koki tetap di rumah.

Semenjak menikah Areum tidak pernah kembali ke rumah utama. Dia mengikuti suaminya, tentu saja. Akan sangat mengganggu bagi Yunseo untuk membiarkan suami istri itu tinggal di sana, meski rumah mereka cukup bahkan untuk menampung lebih banyak anggota keluarga. Mungkin dia pernah berkunjung sesekali. Tetapi selalu hanya ketika sang kakak ada di rumah. Mereka tidak pernah bicara berdua saja. Yunseo tidak ingin, dan Areum sendiri terlihat tidak ingin berusaha mendekatinya.

"Spam?"

"Tidak."

"Oke."

"Nah."

Sebuah omelet sederhana mendarat di piring di hadapan Seungcheol, pria itu menghela napas pelan dengan sarapannya. "Terima kasih." Meski terkesan tidak puas ia masih menghargai makanan itu. "Kau tidak buat untuk dirimu?"

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang