Chapter 55

441 65 18
                                    

Matahari baru saja mencapai titik munculnya, saat Yunseo meluruskan punggung di kursi tunggu koridor rumah sakit. Ia sudah puas mengirim keluh kesahnya pada dia yang tidak pernah membalas. Perasaannya sudah lebih baik meski saat ini ia merasa sangat lelah.

Saat Yunseo masih sibuk meregangkan punggung, Seungcheol datang. Dia datang sendiri, Bona tidak mengikutinya. "Yunseo!"

Yunseo langsung memandang sang kakak, "Oppa. Kau terlihat buruk."

"Becerminlah. Matamu seperti panda."

"Aku harus merawat diriku setelah ini. Kau sendiri?"

"Iya. Aku biarkan Bona istirahat. Areum masih tidur?"

"Tidak, dia sedang sarapan di dalam."

"Kau biarkan dia makan sendiri?"

"Dia tidak suka dimanja, aku sudah menawarkan bantuan. Jangan kira aku tidak peduli."

"Biar aku periksa. Jika kau lelah kau bisa pulang. Aku tidak akan pergi ke kantor hari ini."

"Tidak, aku tidak mau pulang sampai ada kepastian dia akan melahirkan."

Sambil terus bicara, keduanya berjalan bersama menuju ruang rawat Areum.

"Dia akan langsung ke sini setelah landing. Dia menghubungiku di pagi buta karena ponsel Areum tertinggal."

"Kau menghubungi ayah?"

"Sudah. Mereka payah."

"Anggap saja mereka sedang ingin memberi kejutan. Kau tidak tau, mungkin saja mereka sedang dalam perjalanan ke sini."

"Terlalu banyak berharap hanya akan menciptakan kekecewaan." Yunseo mendesis seraya membuka pintu.

Mereka berdua langsung memasang wajah baik ketika melihat sang adik yang sedang duduk dan makan. Apapun masalah yang ada di luar, mereka meninggalkannya di sana. Mereka tidak mau membawa beban bagi sang adik yang sedang sakit.

Seungcheol langsung mengambil tempat di sebelah Areum, sementara Yunseo menarik sendok dari tangan Areum di sisi lain.

"Kau makan lambat sekali. Apa perutmu masih sakit?"

"Iya, eonni."

"Kau berkeringat. Makanlah pelan, tidak apa. Semampumu saja," ucap Seungcheol seraya mengusap kepala Areum. "Semoga setelah makan, kau menjadi lebih baik."

Areum mengangguk pelan untuk merespon sang kakak. Ketika Yunseo menyodorkan sesendok bubur ke hadapannya, ia ragu untuk menerima. Sejak tadi ia kesulitan menelan karena keram perutnya yang menjadi-jadi. Ia hanya tidak mau menunjukkan itu kepada Yunseo dan Seungcheol. Dia tau mereka akan berlebihan. Namun Areum juga tau bahwa dirinya hampir di ambang batas untuk menyembunyikannya.

"Apa perjalanan dari Shanghai ke Seoul itu lama?"

Seungcheol melirik ke arah jam tangannya, "dia akan sampai pukul delapan."

"Bukan pukul tujuh?" nada pertanyaan Areum mulai berubah karena tidak sabar.

"Bukan. Penerbangan memakan waktu dua jam. Dia memang pergi sejak jam 5, tapi itu waktu Shanghai. Dia akan sampai di sini pukul delapan," jelas Seungcheol.  Ketidaksabaran Areum memicu dirinya untuk berspekulasi, "Ada apa?"

Areum menunjukkan gelagat yang terlalu mencurigakan. Ia berkeringat terlalu banyak, bibirnya mengatup rapat dan ia tanpa sadar meremas selimutnya. Hal ini tentu terlalu jelas bagi kedua kakaknya untuk panik.

"Kau ingin melahirkan?"

"Oppa ... perutku sakit ...."

"Yunseo panggil perawat!"

[2] SISTER'S PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang