Bel berbunyi, menandakan pelajaran berakhir. Arta dan teman-temannya pergi ke kantin. Di saat mereka berjalan banyak kaum hawa menatapnya memuja ada juga yang berterus terang.
"Arta!" panggil Isabella seraya melambaikan tanggan.
Rombongan Arta tak merespons, murid lain menertawakannya diam-diam. Isabella mengerucutkan bibirnya kesal baru saja diabaikan.
Bisma menepuk pundaknya seraya menyela, "Anjay, lo beneran nolak Bella, Ar? Kalo gak mau buat gue ya."
Arta mengangguk setuju. Bisma dan Vero berlarian menuju ke bangku Bella, sedangkan dia sendiri duduk di kursi dekat warung. Beberapa menit kemudian, Nesya dan Alya datang.
"Ekhm, boleh duduk di sini kan?" tanya Nesya.
Arta mendongak lalu menggeser posisi. Kedua gadis itu bertukar pandang, kemudian duduk. Mereka makan dengan tenang.
Isabella menggerutu, "Ck, sial! Malah ketikung sama si cupu."
Isabella menatap tak suka dengan bangku di ujung sana meskipun sudah ada Bisma dan Vero di sampingnya, tetapi Isabella tidak tertarik sedikit pun.
Nesya melirik Arta yang makan sedikit. Iseng kakinya menendang dari bawah meja. Arta mengerutkan keningnya seraya menatapnya.
Nesya bertanya karena penasaran, "Lesu amat itu muka, kenapa?"
Arta menerima sinyal lalu menjawab lewat matanya, "No comment!"
Nesya mengalihkan pandangannya ke mangkuk bakso yang hampir dingin, tak ada balasan darinya membuat Nesya menyerah.
Kini gilirannya yang termenung. Teringat kembali akan mimpi yang membuatnya bingung, dengan cepat dia mengempaskan spekulasi yang ada.
Setelah makan. Nesya menitip mangkuk bakso sekalian kepada Alya yang hendak mengembalikan. Kini tinggal mereka berdua yang melanjutkan perbincangan.
"Oy, jadi kan hangout-nya?" Nesya kembali memastikan.
Mendengar ini Arta mendelik sinis. "Bawel amat sih, lo!"
"Hehe, galak amat, sih. Keep santuy. Habisnya lo kalau diajak main suka ilang. Makanya gue butuh kepastian," cetus Nesya dengan cengir kuda.
"Liat aja nanti. Kalo mood baik hayuk. Jika tidak ya lewat."
"Pokoknya harus jadi nggak mau tahu! Dipastikan lo bakal nyesel kalo menolak tawaran ini. Gue jamin kali ini akan ada yang seru," ucap Nesya. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan menyusul Alya.
Arta menatap punggung Nesya yang sudah menjauh. Ia pun penasaran dengan apa yang akan terjadi alhasil pertanyaan seputar ajakan terngiang-ngiang.
"Kira-kira apa, ya?"
***
Jam pelajaran kembali dimulai dan berakhir dengan tugas. Arta keluar terlebih dahulu diikuti Vero dan Bisma. Ketiganya mensejajarkan langkah. Melewati beberapa kelas, koridor ramai orang berlalu-lalang. Semua murid berhamburan pulang.
Dekat tangga, Arta berpapasan dengan Nesya sejenak keduanya bertukar pandang kemudian mengikuti. Bisma dan Vero pulang duluan karena motor yang dipakai hanya satu. Nesya dan Arta Melangkah ke seberang jalan dan tak sengaja ekor matanya menangkap sosok yang mencurigan.
Dengan cepat mereka berjalan ke arah motor yang tengah dijahili. Arta menendang punggung pemuda itu tanpa ampun yang sedang mengotak-atik ban motornya. Akhirnya dia terjatuh dan sempat meringis.
"Lo apain motor gue heh!" tegurnya sarkas.
Karena sudah ketahuan pelaku melarikan diri. Nesya berjongkok meneliti ban motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artamevia [END]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Caesar Arta Viandra ialah sosok pemuda yang acuh tak acuh akan sekitar. Namun, sejak mengenalnya hidup lelaki bermata biru saphir lebih berwarna serta sifat cueknya, berubah haluan menjadi manja hanya kepadanya seorang. Ap...