16. Terjun Bebas

576 82 2
                                    

Pemuda itu kehilangan arah semenjak menjauh dari kucing kecilnya. Semakin susah melupakan. Dia mengembuskan napasnya. Seorang teman menyenggolnya.

"Kusut amat itu muka. Kenapa lagi? Eh, patah hati kah?"

Pertanyaannya begitu menusuk. Pemuda itu hanya mengangguk.

"Tak terlukiskan pokoknya mah," jawabnya lesu. Seorang teman bernama Arif ikut prihatin.

"Nggak nyangka playboy kayak lo bisa sedih juga. Gue kira hidup lo bakal mulus terus."

"Ck, lo pikir gue robot yang gak punya hati. Baru kemarin bersukacita eh gak taunya kembali berduka. Dahlah gue gak mood kerja. Gue balik."

Pemuda itu keluar dari pintu belakang dan tak sengaja menangkap sosok yang dirindukan berjalan ke arah cafe.

Diam-diam dia bersembunyi di balik pohon. Mempertajam penglihatannya dan benar saja jodoh tak ke mana. Dia melihat Arta dan teman-temannya duduk dekat jendela.

Bisa dilihat jelas bahwa sang kekasih tak berekspresi. Hatinya kembali cenat-cenut lantas masuk ke dalam dan membuat temannya kaget.

"Lah katanya gak mood kok balik lagi?" tanyanya heran.

Pemuda itu tak menjawab. Tangannya mengganti pakaian serta memakai topi. Arif menaruh tangannya di kening.

"Nggak sakit kok," gumamnya.

"Minggir! Cogans mau kerja," balasnya ketus.

Arif terkekeh geli melihat temannya berjalan antusias. Sepertinya rasa sedihnya sudah menghilang.

Pemuda itu mendekat ke meja 10 sambil membawa note. "Mau pesan apa?"

Bisma dan Vero yang pertama memesan. Usai dicatat kembali menatap pemuda di sebelahnya. Bisma menyikut lengan pemuda di samping.

"Ar. Mau pesan apa?"

"Apa aja."

"Samain aja mas."

Pemuda itu mengangguk dan berlalu pergi kemudian kembali dengan cepat menaruh pesanan ke meja.

Arta mengernyit melihat susu di atas meja lalu menyela, "Maaf saya tidak memesan ini."

Pemuda itu berkata, "Ini spesial untuk Anda. Silakan diminum."

Bisma dan Vero saling lirik dan menganggap biasa saja. Arta menerimanya dengan ragu. Pemuda itu menatapnya dalam diam. Ingin sekali menariknya ke dalam pelukan tapi dia cukup tahu diri.

Sepanjang makan dan berceloteh Arta hanya mendengarkan tak berniat bersuara. Ponselnya berdering dengan malas dia mengeceknya dan terdiam beberapa saat.

Pesan masuk yang dirindukan.

From: Mr. X
I Miss you hun <3

Arta tersenyum tipis lantas membalas pesan tersebut.

To: Mr. X
Apa kabar?

From: Mr. X
Baik. Udah makan?

Arta menatap makanan yang sudah dingin dengan wajah masam. Dia belum menyentuh makanan tersebut karena tidak selera. Dia kembali membalas tapi pesan lain mendahului.

From: Mr. X
Jangan melamun terus ntar ketempelan setan burik baru tahu rasa 😂 Makan yang banyak biar gak kurang gizi.

Arta berdecak pelan. Jari-jarinya membalas pesan tersebut.

To: Mr. X
Lagi di mana?

Arta mengigit bibir bawahnya ingin membalas sesuai intuisinya, tetapi dia tak sanggup mengutarakan meski hanya ketikan sekalipun.

Artamevia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang