"Bangun woy! Udah pagi, nggak baik perawan kayak lo bangun siang!" teriak seseorang dari balik pintu, belum lagi gedoran yang sungguh mengganggu.
Seorang pemuda membungkus dirinya di balik selimut enggan keluar. Sinar mentari menyorot manja di antara gorden terbuka yang tersapu angin. Suara itu tidak terdengar lagi, akhirnya dia terbangun dari tidur panjangnya, lantas duduk sebentar sembari melirik jam di nakas.
Seketika melebarkan matanya, dengan gesit ia melompat keluar dari kasur dan melesat pergi ke kamar kecil. Membersihkan diri kemudian berpakaian rapi. Waktu yang dibutuhkan untuk bersiap sangatlah cepat. Baru kali ia merasa bangga.
Keluar kamar seraya menenteng tas ransel. Menuruni anak tangga. Tepat di ruangan lain, dia melihat keluarganya sudah berkumpul serta tatapan sinis yang diberikan saudaranya.
"Akhirnya bangun juga lo, gue pikir mati."
Dia meringis saat kepalanya terkena lemparan sendok. Orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat aksi dua bersaudara ini. Mereka semua makan dengan damai. Pemuda itu berpamitan, dan satunya mengekori.
"Awas!" usirnya.
Pemuda itu mengerucutkan bibirnya.
"Motor gue rusak! Nebeng, ya."
Tanpa persetujuan dia melompat ke atas motor dan duduk di kursi belakang seraya memegang tas sang empunya motor. Pemuda itu sempat menolak akan tetapi, jarum jam terus bergerak.
Terpaksa mengiyakan dan dia sengaja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi membuat orang di belakang hampir terjungkal. Sekilas dia menertawakannya dalam hati.
Pemuda satunya hanya bisa bergerutu. Tanpa perasaan diturunkan di tengah jalan seperti cabe-cabean. Sebelum mengumpat pemuda bersurai hitam melenggang pergi.
"Wah asu lo!"
Teriakannya tak terdengar karena suara motor berlalu-lalang. Pemuda itu mendengus sebal. Dia berjalan kaki ke gerbang dan tak sengaja mendengar deruan motor.
Tin!
Belum memasuki area sekolah. Pintu gerbang dihantam oleh pengendara motor. Pemuda itu terperanjat kaget alhasil membuatnya mengelus dada. Bukan hal yang mengejutkan jika rombongan Fire Angel berulah membuat pak satpam geram.
"Dasar bocah liar!" cibir penjaga gerbang dengan nada kesal.
Pintu gerbang rubuh, membuat murid yang terlambat berlarian tanpa hukuman. Pemuda bersurai cokelat ikut berlari karena sudah terlambat.
***
Pemuda bersurai hitam memasuki gerbang besi kemudian jalannya tiba-tiba terhalang karena perebutan tempat alhasil mereka beradu dulu walaupun hanya sepihak yang merespons.
"Minggir! Ini wilayah gue," ucap salah satu dari mereka dengan sinis.
Pemuda itu acuh tak acuh, mengabaikan pihak lawan dan dia memarkirkan motornya di tempat awal. Sekumpulan idiot hanya bisa bergerutu dalam hati.
Dia bergegas masuk ke ruang kelas, di sekolah dia disukai banyak orang terutama kaum hawa, ada juga yang membencinya karena terlalu populer.
Sesampainya di kelas IPS 2. Dia mengintip dari balik jendela. Rupanya sang guru tidak ada, dengan perlahan menginjak lantai. Namun sayang, aksinya ketahuan oleh guru galak.
"Bagus ya kamu terlambat 10 menit, segera berjemur di tengah lapangan sekarang juga!" perintahnya tegas.
Pemuda itu berjalan santai ke bangkunya, menaruh tas ke samping. Pura-pura tuli dan mengabaikan hukuman sang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artamevia [END]
Genç Kurgu[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Caesar Arta Viandra ialah sosok pemuda yang acuh tak acuh akan sekitar. Namun, sejak mengenalnya hidup lelaki bermata biru saphir lebih berwarna serta sifat cueknya, berubah haluan menjadi manja hanya kepadanya seorang. Ap...