•25•

3.3K 570 34
                                    

Maaf sebelumnya, tolong menghargai karya seseorang, ya? Meskipun saya tau tulisan saya ini masih jauh dibawah kata bagus. Tapi seenggaknya ada timbal balik. Kalian baca cerita saya dan saya mendapat apresiasi dari kalian berupa vote maupun komentar.

Terimakasih dan maaf, saya tidak memaksa.

Enjoy to Reading~

🌻

.

"Hanya karena orang lain tidak berbuat baik kepada kita, bukan berarti kita harus membalasnya dengan cara yang sama.

.

🌻

"Widih, tumben jam segini udah mandi. Mau ngepet ya, lo?"

"Mas Dery, please deh. Mana ada sih orang cantik kayak gue gini ngepet." Haera menuruni tangga dengan gaya congkaknya, mengibaskan rambut panjangnya yang hari ini sengaja ia gerai.

" Haera menuruni tangga dengan gaya congkaknya, mengibaskan rambut panjangnya yang hari ini sengaja ia gerai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan style dan sepatu favoritnya, Haera merasa percaya diri, bahwa dirinya cantik.

Kata mami, "Cantik itu relatif. Kulit putih mulus, badan langsing, dan rambut lurus bukan merupakan patokan cantik. Cantik di setiap mata orang itu berbeda beda. Jadi kamu akan tetap cantik dimata orang yang tepat." Dan Haera mempercayai itu.

"Mas, kapan mau bawa mbak Juniar ke rumah?" Tanya Haera sembari menilik jam dinding yang digantung manis di samping televisi. Masih ada 15menit sebelum Mark datang.

"Juniar siapa?"

"Halah, sok gak tahu. Lagian kenapa juga sih, mas? Mbak Jun cantik kok, kenapa diajakin backstreet?"

"Anak kecil mana tau sih?" Tangannya dengan sengaja mendorong pelan pelipis Haera.

Fyi, Haera sama Dery beda umurnya 6tahun.

"Mami juga gak bakalan marah kalo mbak Jun ikut kesini, mas. Asalkan kesininya enggak pas hamil_ aduh." Haera mengaduh saat tangan kakaknya kembali menjadi pelaku yang mendorong pelipisnya.

"Ngaco banget tuh mulut. Meskipun muka gue kek berandal gini, gue juga gak bakalan kali hamilin anak orang sebelum gue halalin." Haera terkekeh, benar juga. Papi selalu memberi batasan anak-anaknya tentang pergaulan.

Pernah waktu itu, mas Dery membuat telinganya bertindik, membuat mami uring-uringan dan berakhir pembelaan dari papi. Haera ingat kata papi waktu itu "Gak pa-pa mas, tapi jangan ditambah lagi, cukup ini aja. Papi gak pa-pa mas mengikuti pergaulan, karena emang jamannya udah gak kayak dulu. Tapi mas, batasi pergaulan, kalau ada temen yang menurut mas merugikan, bukan dalam artian merugikan soal uang. Mas ngerti kan maksud papi?" Mas Dery yang waktu itu masih termasuk mahasiswa baru hanya mengangguk.

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang