•21•

3.4K 473 26
                                    

Play Now  |  NCT U - All About You

.
.

Haera menguap untuk kesekian kalinya. Menatap angka yang berjajar dengan grafik membuat mata Haera seketika memburam.

"Ra, didengerin gak sih?" Mark menggerutu sebal didepan Haera. Pasalnya, mulut Mark hampir berbusa menjelaskan materi yang sama berulang kali.

"Kenapa x sama y gak bisa mandiri sih? Demen banget nyusahin orang. Kalian itu harusnya bisa nyelesein masalah sendiri." Haera mendumel kearah angka yang berjajar di bukunya.

"Kenapa malah marah sama buku?" Mark menatap Haera sangsi.

"Ini loh, lagi marahin x sama y. Sekali aja gak bikin orang pusing emang gak bisa, ya?"

"Mau sampe mulut lo berbusa juga gak bakal didengerin kali."

"Iya juga. Yaudah, mas Raden lanjut aja ngejelasinnya." Haera bangkit dari duduknya.

"Mau kemana lo?"

"Beli cilok bentar didepan."

Mark memejamkan matanya jengah.

"Terus menurut lo, meja sama kursi ini bakalan paham gue ngejelasin materi matematika gini?" Mark jadi ngegas sendiri.

Mereka berdua sedang berada di kamar rawat mami Chitta omong omong. Mark yang awalnya ogah, diseret mati-matian oleh oknum Haera Cantika.

Katanya. Mas Raden, kalo punya ilmu itu jangan pelit. Nanti gak berkah ilmunya.

Berakhirlah Mark disini. Meski tidak sepenuhnya mempercayai ucapan Haera, Mark tetap datang kesini.

Mark tidak pelit, sumpah.

Yang membuat Mark jengah itu, kelakuan Haera. Dia pikir Mark tidak tahu, saat dirinya menjelaskan materi Haera malah sibuk menelisik wajahnya. Saat Mark mencoba menghitung angka yang memabukkan, Haera malah dengan senang hati mendelosorkan kepalanya sambil senyum-senyum sendiri.

"Jadi gak ikhlas ngajarinnya?" Haera menatap Mark dengan sorot mata seperti anak anjing meminta diberi makan.

"Ikhlas lahir batin." Jawab Mark diakhiri dengan desahan nafas panjang.

"Nah gitu dong." Haera cekikikan. Mark berfikir bahwa tawa mbak kunti lebih bagus daripada tawa Haera barusan.

Mami Chitta sedang jalan-jalan ke taman bersama papi. Berakhirlah Mark ditinggal sendirian.

Haera dengan dunia percilokannya.

Mark menghela nafas lelah, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

Sabar Mark, orang sabar banyak duitnya.

🌻

"Ra, Na, beneran deh ini. Masa kemarin gue ketemu Bianca di club." Shiren berbisik ditengah ramainya pengunjung warung seblak teh Imah.

"Lo ngapain ke club, njir? Lo kalo bosen sama fisika jangan jadi sugar baby juga dong, Ren." Perkataan ngegas dari Nana disambut delikan mata tajam oleh Shiren.

"Heh, mulut lo. Gue gak sengaja lewat waktu pulang dari rumah Guan. Dan kalian tahu Bianca sama siapa di club?" Haera yang sibuk memindahkan sawi dari mangkuknya ke mangkuk Nana seketika ikutan kepo.

"Pak Burhan."

"Hah?!"

"Serius lo? Pak Burhan, kepala sekolah?" Haera masih tidak percaya.

Shiren berdecak malas, lalu menunjukkan foto yang ia dapatkan waktu itu. Meski agak sedikit buram karena pencahayaannya yang temaram. Tapi, bisa dilihat dengan jelas bahwa itu Bianca dan pak Burhan.

Tanpa mereka duga, Nana malah berdecak kagum.

"Wah hebat banget Bianca, bisa dapetin pak Burhan, duda kinyis-kinyis." Dan dengan semena-mena Shiren melemparkan gumpalan tisu ke wajah Nana.

"Hebat pala lo peyang." Disambut dengan kekehan tidak peduli Haera.

"Ra, ini bisa dijadiin senjata buat balas dendam ke cabe itu."

"Gak usah dibales, Ren. Gak penting." Haera masih sibuk dengan seblaknya, seblak gak ada duanya buat Haera.

"Sekali kali aja, Ra. Biar kapok tuh orang." Kata Nana ikut menimpali.

"Orang kayak Bianca itu gak perlu dibales. Kalau kita ngebales, dia bakalan ngira kalo dirinya dikasih panggung. Nanti malah semakin menjadi. Udah biarin aja." Haera menyeruput es teh manisnya. Meneruskan acara menggerogoti ceker ayamnya.

"Yaampun, gue terharu banget punya temen baik kayak lo." Shiren berpura pura menangis sambil mengelap ingusnya. Sedangkan Nana, malah terlihat seperti orang yang kesurupan.

"Eh btw, Na. Jevan kayaknya suka sama lo deh." Pernyataan Haera yang mampu membuat Nana mematung. Alhamdulillah gak perlu panggil pak ustadz, pikir Haera.

"Jevan udah punya pacar." Ucap Nana acuh.

"Beneran? Siapa?"

"Karina, anak IPS yang sukanya ngaca tiap menit itu loh." Nana mengatakannya dengan menggebu-gebu. Pasalnya, dia duluan yang deket sama Jevan. Kenapa Karina yang dijadikan pacar.

"Duh kasihan sekali anak mama ini." Ucap Shiren dengan bibir monyong dan tangan mengelus rambut Nana.

"Gak dapet anaknya, bokapnya juga bisa." Nana terkikik geli.

"Ada ada aja pikiran manusia satu ini." Haera tak habis pikir. "Eh tapi Na, gue juga dulu punya pikiran mau nikung om Jay." Ketiganya tertawa.

29 hari dari sekarang, semuanya akan berubah. Entah itu bersama keluarga, sahabat, bahkan Mark sendiri. Haera akan memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Mark, kedua sahabatnya bahkan mami sendiri saja belum ada yang tau bahwa Haera akan ikut papanya.

Biar saja seiring berjalannya waktu Haera akan memberi tahu.



















a.n

anak anak cantikku😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

anak anak cantikku😚

btw, ini aku ngeditnya ngasal yang penting mereka jadi satu frame wkwk

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang