•33•

2.4K 355 19
                                    

Pencet dulu bintangnya✨

.
.

"BUNDAA!!"

"Astagfirullah adek, jangan teriak-teriak." Bunda Tya yang sedang menggoreng cireng kesukaan si sulung terjingkat kaget.

"BUNDA, ADA KECOA!" Jevan, dengan badan topless dan celana boxer Spongebob menuruni tangga dengan membabi buta.

"Gak ada kecoa!" Bantah bunda dengan tangan yang masih sibuk menggoreng.

"BENERAN, KECOAKNYA MELOTOT KE ADEK!" Bantah Jevan lebih ngegas. Lalu merangsak memeluk bunda dari belakang, menyembunyikan wajahnya dipunggung sang bunda.

Jangan kasih tau ayah, ya? Bisa-bisa nanti Jevan gak dikasih uang jajan sebulan.

"Mana ada kecoak melotot adek. Ada-ada aja kamu ini__ minggir dulu ini bunda lagi ngegoreng." Katanya sambil melepaskan pelukan si bungsu. "Malu tuh sama badan. Katanya macho kok takut sama kecoak." Cibir sang bunda sambil berlalu. Mengambil cobek untuk membuat sambal.

"Bun, cuma sesama spesies yang gak takut sama makhluk bernama kecoak." Jevan membuat pembelaan.

"Secara gak langsung kamu ngatain bunda, ya? Bunda kan gak takut sama kecoak." Bunda pura-pura memasang wajah garang. Meskipun ya tetap imut.

"Ya engga gitu atuh sayang__

"SAYANG SAYANG, SIAPA YANG ADEK PANGGIL SAYANG!?"

Duh pawangnya dateng.

"Assalamualaikum ayah." Jevan memasang wajah lugu dengan senyum puppy andalannya.

"Waalaikumsalam. Siapa yang adek panggil sayang?" Masih aja ditanya, kan Jevan udah ngalihin pembicaraan.

"Ibunda tercinta atuh, yah. Aku kan sayang sama bunda. Iyakan bun?" Jevan mengedipkan sebelah matanya, bermaksud memberi kode ke bunda. Yang hanya dijawab oleh dehaman.

"Adek kenapa gak pake baju?" Sang ayah bertanya pada si bungsu sesaat setelah mengecup kening istrinya.

"Gak apa-apa. Mau pamer aja, soalnya badanku sekarang lebih bagus dari punya ayah." Jawabnya jumawa. Mengambil satu cireng dan mencoleknya dengan sambal terasi.

"Ck, ngaco. Gini-gini ayah udah punya buntut dua ya."

"Aku juga bisa kalau mau bikin lima." Balasnya polos. Mengangguk-angguk seakan ucapannya hanya sebuah angin lalu.

"ADEK!"

"Enggak bun enggak. Bercanda doang tadi mah." Ralatnya cepat saat melihat orang tuanya melotot heboh kearahnya.

"Assalamualaikum." Itu suara Mark. Lesu banget kayak nahan laper.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.

"Jevan, jangan ngebuat zina mata lo." Mark memprotes sang adik yang dengan santainya nangkring dengan badan bugil.

"Halah sok polos." Cibirnya, tangannya kembali mencomot cireng.

"Mas dari mana?" Bunda bertanya lembut.

"Dari rumah Haera." Mark menjawab jujur.

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang