•36•

2.2K 318 28
                                    

Pencet dulu bintangnya✨

.
.

"APA LIAT-LIAT?!"

"Punya mata ya liat lah!"

"Ih, kok lo nyebelin!"

"Haera cantik, gue Eric. Bukan Eric namanya kalo gak nyebelin."

Jangan menduga-duga. Bener kok, mereka berdua akhirnya gantian pasangan sama Chandra-Tari.

"Lo duluan aja deh, gue bisa pulang sendiri." Haera menendang kecil sepatu Eric yang duduk di sampingnya.

"Gue cowok, ganteng, macho pula. Masa iya ngebiarin cewek kayak lo pulang sendiri." Eric menyugar rambutnya kebelakang dengan gaya congkak. Dih sok ganteng, tapi emang ganteng sih.

"Emang gue kenapa?" Haera menatap sangsi Eric yang berada disampingnya.

"Yaa... Gak kenapa-kenapa sih." Cengirnya lebar sembari menggaruk tengkuknya canggung.

Beda lagi yang ada dibatin Eric :
'Lo itu cantik, manis, lucu-lucu gimanaaaa gitu. Yakali gue ngebiarin orang kayak lo pulang sendiri. Kalau ilang nanti kan berabe'

Ya begitulah kira-kira.

"Ih, yaudah. Kalo gitu jajanin gue." Haera akhirnya menyerah membujuk anak muda ini untuk pulang duluan.

"Dih ngelunjak." Dengan semena-mena Eric menarik tali blues yang Haera kenakan. Lalu dengan otomatis mendapat geplakan pada lengannya.

"Yaudah, gue aja yang pulang duluan." Haera bangkit dari duduknya dengan wajah cemberut.

"Yaelah, ngambek. Mau dijajanin apa sayangkuuuu." Eric menarik Haera agar kembali duduk ditempatnya.

"Gak boleh ada yang panggil gue sayang selain mas Raden." Sanggah Haera kesal dengan ekspresi cemberut yang semakin parah.

"Kayak dia mau aja sama lo." Eric menjawab ketus.

"Ck, jahat banget jadi orang." Haera kembali bersungut-sungut. Ngomong sama Eric itu butuh stock sabar banyak-banyak.

"Makan aja yuk." Eric beranjak, menepuk-nepuk pantatnya untuk menghilangkan debu yang menempel disana.

"Lo yang bayar tapi ya, hehehe~" Haera nyengir.

"Yaiyalah, gue cowok--

"Ganteng, macho pula." Potong Haera dengan nada sinis.

"Bener, yakali gue ngebiarin cewek bayar sendiri." Lanjut Eric dengan nada jumawa. Dibalas dengan putaran bola mata oleh si cantik.

"Mie ayam pak Yono itu aja deh." Tunjuk Haera pada warung tenda mie ayam di dekatnya.

"Yakin?" Eric memastikan.

"Kenapa enggak?" Haera bertanya heran.

"Gue kira, lo sukanya makan di tempat mahal." Eric menjawab dengan senyum kecil.

"Gue pemakan apa aja. Kata mami gak boleh jadi pemilih makanan, yang penting halal, apalagi menggerutu di depan rejeki. Gak baik." Haera berucap tulus.

"Aduh jadi pengen ketemu mami." Eric nyengir lebar, tangannya ia masukan di saku hoodie yang ia kenakan.

"Nanti aja gue kenalin ke mami."

"Sebagai apa?" Eric bertanya dengan nada menggoda.

"Sebagai apa?" Haera malah balik bertanya dengan dua alis yang mengkerut.

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang