•28•

3K 445 35
                                    

Don't forget to touch the star✨

.
.

***

Sudah terhitung sejak satu jam yang lalu, dokter yang memeriksa Haera belum juga keluar. Haera akhirnya dilarikan ke rumah sakit saat pingsannya yang tak kunjung sadar. Membuat Mark uring-uringan dan mondar-mandir seperti setrika baju.

"Mark, duduk anteng bisa gak sih?" Sungut Danu kesal. Pasalnya dirinya juga ikut pusing ngelihat Mark mondar-mandir gitu.

"Mumet, Dan. Ngerti ora sih?!" Kata Mark ngegas.

"Gue tambah mumet, bangsat!" Balas Danu tak kalah ngegas.

"Halah, lambemu." Serah Mark yang akhirnya kembali duduk.

Tepat saat bokong Mark belum beradaptasi dengan kerasnya kursi rumah sakit, dokter yang memeriksa Haera keluar. Membuatnya mau tak mau kembali berdiri.

"Ada pihak keluarga dari pasien?"

"Saya temannya, Dok." Jawab Mark lugu.

Mau ngejawab 'Saya suaminya' kan gak lucu. Soalnya masih pake seragam sekolah. Nanti dikiranya ngehalu.

Seperti pucuk dicinta. Orang tua Haera berjalan tergopoh-gopoh dari ujung lorong rumah sakit.

"Orang tua dari pasien?" Ulang sang Dokter membuat kedua orang dewasa tersebut mengangguk.

"Saya ayahnya." Jawab Johnny dengan nafas sedikit terengah.

"Bisa ikut saya sebentar? Ada yang ingin saya jelaskan." Johnny kembali mengangguk.

"Dokter, ada hal serius yang dialami anak saya?" Chitta mencoba menahan sang Dokter demi mengetahui kondisi anaknya.

"Semuanya baik-baik saja, Anda sekarang bisa menjenguk pasien." Dokter cantik itu mengelus sejenak pundak Chitta, bermaksud menenangkan.

.

Kursi berengsel itu berputar, membuat Dokter cantik itu semakin terlihat berwibawa.

"Dari rekap yang saya lakukan, sepertinya bagian belakang kepala pasien pernah mengalami benturan yang cukup keras?" Pernyataan itu dijawab anggukan oleh Johnny.

"Dulu, waktu anak saya berusia tujuh tahun jatuh dari ayunan. Apa ada hubungannya dengan sakitnya yang sekarang?" Dokter dengan name tag Salsa itu tersenyum menenangkan.

"Tidak perlu terlalu khawatir, pak. Hanya saja sakitnya ini akan kambuh dibeberapa waktu." Kertas yang dipegangnya ia serahkan kehadapan Johnny.

"Jadi, saya harus bagaimana?" Johnny mengerutkan keningnya bingung, membuat Dokter Salsa tertawa kecil.

"Jaga pola pikir anak bapak, jangan sampai memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan terlalu berat." Johnny mengangguk mengerti.

"Terimakasih, Dok." Pamit Johnny membungkuk sopan yang hanya dibalas senyuman oleh sang Dokter.

.

"Lo beneran sakit kan?"

"Ya bener lah, ngapain ke rumah sakit kalo gak sakit?"

"Agak aneh."

"Mas, cepetan dong kupasin." Haera merengek dengan wajah sok imut didepan Mark.

"Gue mesti balik ke sekolah. Iya gak, Dan?" Yang ditanya malah mengedipkan mata polos.

"Danu aja gak tahu. Dih, gak asik banget." Dan dengan begitu saja Haera kembali membaringkan tubuhnya dengan selimut menutupi hingga bagian wajahnya.

"Yaudah nih dikupasin. Gitu aja ngambek." Mark menyerah juga.

"Gak usah, pergi aja kalo mau pergi."

"Ra, gue__ lo nangis?" Mark kaget tentu saja. "Ada yang sakit?"

"Ra, jangan nangis dong. Temen gue emang rada somplak sih." Danu ikut mendekat, membuat Mark kesal dengan sindirannya tersebut. "Ra, lihat nih gue ada permen yupi bentuknya lope. Lo mau gak?"

"Dan, mending minggir deh lo. Sumpek gue lihat lo mulu." Usir Mark membuat Danu melotot heboh.

"Ya, lo sih. Haera nangis kan gara-gara lo juga, bangsul."

"Makanya lo diem aja, marai tambah mumet."

"Ra, gue ada__

"Kalian pergi aja deh, bikin tambah pusing."

"Ra__

"PERGI DANU!"

"Eh buset. Lo kesurupan setan rumah sakit apa gimana?"

"IYA, DAN SETANNYA ITU LO!" Haera ngegas dengan sekuat tenaga.

"Ra?" Mark kembali mendekat. Menyentuh kening Haera yang langsung saja ditepis sang empu.

"Apa?!"

"Kayaknya, lo beneran kesurupan deh."

Cup

"MARK BANGSAT. Mata jomblo gue ternodai gusti."







a.n

Heiii!

Ayo absen dulu, kalian lahirnya tahun berapa, nih?

Pasti masih banyak dede dede gemessss

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang