•12•

3.3K 473 2
                                    

"Tetap disini."

"Mau ke kelas."

"Udah duduk, diem, anteng."

"Ih, mau ke kelas. Nanti Shiren sama Nana nyariin."

"Nanti gue yang kasih tau."

Mark gak peka banget, Haera kan gak bisa lama lama sama Mark. Gak baik buat kesehatan jantung.

"Gue mau ke kantin, lo belum makan kan tadi waktu istirahat?" Yang ditanya hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Mau makan apa?" Tanya Mark sembari membereskan peralatan yang tadi digunakan untuk mengobati sudut bibir Haera.

Bukannya menjawab, Haera malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut UKS.

"Ra." Panggilan dari Mark pun diabaikan.

"Haera, jawab atau gue tinggal?"

"Padahal tadi bunda mau bawain sambal kentang kesukaan lo. Tapi, masa tiba tiba cabenya habis."

"Ra, lo dengerin gue gak sih?"

Mark yang jengah karena terus diabaikan membuka selimut yang menutupi wajah Haera.

Eh?

Astaga!

Jadi dari tadi Mark ngomong sama siapa?

Haera yang diajak mengobrol, sudah terlelap dengan mulut sedikit terbuka.

Untung gak ileran.

Mark menghela nafas pelan. Merapikan rambut Haera yang berantakan menutupi sebagian wajahnya.

Haera kalau kalem gini kelihatan kayak cewek polos.

Mark terkekeh pelan.

Apakah dirinya sudah gila? Senyum senyum sendiri didepan Haera yang tertidur.

Mark bosan sekarang, Haera sudah tidur. Mau kembali ke kelas sudah terlanjur izin.

Mark mendudukkan dirinya dibangku samping ranjang Haera. Menelungkupkan wajahnya disamping tubuh Haera. Ikut tidur bukan pilihan yang buruk.

.
.

Haera terbangun saat merasakan elusan ditangan kirinya. Mark disana, menelungkupkan wajahnya dengan tangan aktif mengelus tangan Haera.

"Mas Raden." Suara serak Haera membuat pergerakan Mark berhenti.

Mark mengangkat wajahnya, menatap Haera dengan ekspresi bertanya.

"Mau minum." Mark dengan cekatan memberikan Haera segelas air putih yang sudah tersedia diatas nakas.

"Udah enakan?"

"Kan emang Haera gak sakit, gimana sih mas Raden."

"Gue beliin bubur ayam, dimakan, dihabisin." Mark udah kayak mami aja, bawel.

"Iya, bawel banget kayak mami." Gerutu haera sambil membuka bungkusan bubur ayamnya.

Haera mulai makan dengan tenang. Mark memperhatikan Haera dari tempatnya duduk. Sudut bibirnya sedikit terangkat, manis banget.

"Mas Raden mau?" Tawar Haera dengan sesendok bubur.

Mark hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Mas Raden kok tumben baik sama Haera." Haera bingung, biasanya Mark ogah banget berurusan dengannya.

"Biasa aja tuh."

"Masa iya?" Haera menatap Mark dengan sendok masih dimulut.

"Habisin dulu makannya, kalo lagi makan gak boleh berisik." Haera hanya mengangguk beberapa kali.

Haera menghabiskan makanannya, tanpa tersisa. Laper banget, gak ada jaim. Namanya juga laper.

"Mau kemana?" Tanya Mark saat Haera beranjak dari tempatnya.

"Mau ke kamar mandi, mas Raden mau ikut?" Tanya Haera polos.

Mark hanya memalingkan wajahnya. Haera sedang menggodanya.

"Gue mau ke kelas, gue izin cuma sampai istirahat kedua." Kata Mark membuat Haera mengangguk.

"Haera juga mau sekalian ke kelas kok."

"Kenapa gak disini aja sampai pulang sekolah?"

"Ya bosen atuh, mana gak ada temen. Nanti kalo tiba-tiba ada mbak kunti gimana?"

"Mana ada mbak kunti siang bolong gini?" Mark heran sama pemikiran Haera.

"Ya siapa tau. Aduh mas Raden, Haera udah kebelet nih." Haera mempercepat memakai sepatunya. "Haera duluan ya."

Mark hanya melongo ditempatnya. Ajaib sekali Haera.

Mark menutup pintu UKS yang digunakan Haera tadi, kembali ke kelas. Energinya sudah terisi penuh sekarang.













a.n

plis aku gabut banget π.π
gatau mau ngapain mending update sksksk

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang