•29•

2.8K 445 20
                                    

Don't forget to touch the star✨

.
.

"Mas Raden, senyum dulu yuk! Senyum kan ibadah hehe~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Raden, senyum dulu yuk! Senyum kan ibadah hehe~"

.
.

..


"Gak nyangka banget gue, ternyata Bianca orangnya kayak gitu."

"Iya ih, cantik-cantik doyannya sama om-om."

"Sama kepala sekolah lagi, dih."

"Kasihan banget ya Bianca."

"Lebih kasihan orang tuanya sih menurut gue."

"Iya, pasti malu banget punya anak kayak dia."

Grusak grusuk itu terdengar di seluruh penjuru lorong sekolah. Setelah artikel tentang Haera tersebar di web pribadi sekolah, dua puluh menit kemudian digantikan dengan berita terbaru yang lebih panas.

Berita tentang Bianca dan pak Burhan yang berada di sebuah club malam. Tidak ada keterangan berarti. Hanya sebuah foto dengan kata-kata 'Sebuah berita hangat' itu mampu menggemparkan seantero sekolah.

Iya, Bianca memang seterkenal itu. Dengan wajah cantik blasteran Hongkong, body goals dengan rambut hitam panjang sepinggang. Siapa yang mampu menolak pesona seorang Bianca Er Sisca Wong?

Raden Mark.

Benar. Sepertinya hanya Mark_ Lelaki yang kini sedang duduk bersila diatas sofa rumah sakit dan sedang menatap jengah perdebatan antara dua sejoli berbeda gender itu.

"Makan!"

"Gak!"

"Makan Haera!"

"Gak mau, ih!"

"Makan atau gue bunuh?!" Bujukan makan dari Dery untuk Haera itu membuat Mark tertawa receh.

"Serem bener ancaman lo mas. Dimana-mana tuh ya, gak mau makan itu ancaman paling ngeri potong uang jajan kek. Lah ini, gak makan dibunuh." Sahut Mark kembali dengan tawa recehnya.

"Makan Haera." Dery masih mencoba membujuk, menghiraukan tawa receh Mark yang belum reda.

"Iya, mau makan. Tapi sama seblaknya teh Imah." Balas Haera dengan wajah cemberut.

"Gak ada orang sakit makannya seblak!" Dery melotot heboh.

"Ada tuh." Sengit Haera.

"Iya! Cuma lo doang." Mark yang kembali jengah mulai mendekat.

"Siniin mas. Kalo gak mau makan biar gue sumpelin mulutnya pake mangkok rumah sakit." Kata Mark sadis, membuat Haera bertambah manyun.

"Jahat banget." Cibir Haera pelan.

"Makan!" Titah Mark menolak bantahan.

"Mas Raden, kok galak sih?"

"Biarin!"

"Padahal kalau galak galak nanti gak ada yang naksir." Kata Haera sembari menerima suapan bubur rumah sakit dari Mark. Hambar. Gak ada rasanya micin sama sekali, Haera kan sukanya micin.

"Lo naksir gue gak?" Pertanyaan Mark dijawab oleh anggukan dari Haera.

"Ra, jual mahal dikit kek. jangan jujur-jujur amat." Dery yang sedang memainkan game online itu berdecak keras. Berasa jadi obat nyamuk.

"Kan gak boleh bohong, bohong kan dosa. Benerkan mas Der?" Dan dijawab dengan dehaman pelan oleh si empunya.

"Mas Raden?"

"Hm."

"Kalo dilihat-lihat, mas Raden kok jadi mirip Mark Lee NCT, ya?" Haera manggut-manggut dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Berarti gue ganteng?" Haera mengangguk lagi.

"Tapi ganteng Mark Lee dikit. Dikiiiitt kok." Mark menghela nafas lelah. Lalu meletakkan mangkuk bubur Haera yang sudah kosong.

"Katanya gak mau makan, kok udah habis aja?" Sindir Dery yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Mas Dery tau gak sih lagu jaman dulu?"

"Apaan?"

"Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat." Jawab Haera dengan cengiran lebar.

"Terus bubur lo rasa apaan?"

"Rasa seblaknya teh Imah." Jawab Haera lugas. Membuat kedua lelaki yang ada itu bersamaan menghela napas panjang. Lalu berikutnya Haera mentertawakan Dery yang terjungkal dari atas sofa. Mengenaskan.








a.n

Hai!

ada yang kangen apa gak nih? Haha

masih panjang kayaknya nih part dari cerita ini. Semoga kalian gak bosen aja sama cerita absurd ini haha

Babay and see you💚

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang