•23•

3.1K 461 43
                                    

Bel tanda pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Dan Haera masih disini, duduk manis dibangkunya. Kedua sahabatnya sudah pulang duluan tadi.

"Jadi lo maunya apa?"

"Karena gue benci sama lo. Jauhi keduanya, atau lo bakal tau akibatnya."

Haera menghela napas lelah.

"Pertama, gue gak pernah ngedeketin Chandra. Lo salah banget sih, harusnya lo bilang ini ke Chandra bukan ke gue.

"Kedua, apa hak lo ngelarang gue deket sama mas Raden?"

Haera bangkit dari duduknya. Melelahkan sekali mengurus medusa satu ini.

Bianca menatap Haera nyalang.

"Mark pacar gue." Haera berhenti melangkah, menoleh ke belakang demi menemukan Bianca yang menahan gejolak emosi.

"Oh, ya? Kalo mas Raden pacar lo, kenapa hari ini ngajakin gue jalan?" Haera tidak sepenuhnya berbohong soal Mark mengajaknya jalan. "Lagian lo kenapa, sih? Lo punya dendam apa sama gue?"

"Gue gak suka punya saudara tiri kayak lo! Gara gara kedatangan lo, papa selalu membandingkan gue sama lo! Gara gara lo juga Chandra berpaling dari gue dan lebih milih lo!" Bianca berbicara dengan satu kali tarikan napas. Nafasnya terengah, kentara sekali bahwa dirinya tidak suka dengan pengakuannya.

"Papa?" Haera blank.

"Papa yang lo temuin kemarin itu bokap gue." Bianca menatapnya dengan sorot mata terluka. Apakah Bianca berfikir bahwa dirinya ini perebut kebahagiaan orang lain?

"Sekarang gue kasih lo pilihan. Jauhin Mark sama Chandra dan lo bisa ikut papa atau lo bisa deketin mereka tapi tinggalin papa buat gue." Haera tertawa culas.

"Sorry, gue gak bakalan milih, ini hidup gue. Lo gak perlu repot-repot ngatur apa yang pengen gue lakuin." Dengan begitu saja Haera melenggang pergi meninggalkan Bianca dengan puncak emosinya.

"Lo lihat aja apa yang akan gue lakuin."

"Dan gue gak peduli." Dan untuk kali ini Haera berbohong. Bohong bahwa Haera tidak peduli. Karena kenyataannya Bianca itu ular yang siap membisa siapa saja yang mendekatinya.

Haera keluar dari kelas dengan perasaan carut marut lalu tertawa sarkas.

Disuruh memilih katanya? Haera menggeleng tidak habis pikir. Siapa memang Bianca seenaknya saja ingin memonopoli kehidupannya? Tidak akan.

"Lo telat 40 menit." Sambutan pertama yang Haera dapati saat dirinya sampai diparkiran.

"Kenapa gak ditinggal aja?"

"Nanti lo nangis ngadu ke mas Dery, gue yang digebukin pake boneka Teddy Bear-nya lagi." Mark ingat waktu itu, dirinya kelupaan janjinya untuk menunggu Haera. Berakhir dengan Haera pulang sendiri sambil nangis dan dirinya pusing digebukin mas Dery dengan boneka legend-nya.

"Mau kemana dulu?" Tanya Mark saat dirinya sudah nangkring diatas motornya.

"Ke Mars kalo bisa, di bumi pusing, banyak manusia aneh."

"Dikira lo normal?" Bantah Mark membuat Haera nyengir kuda.

"Mas Raden."

"Hmm."

"Ke pantai aja yuk, main kepiting."

"Gak."

"Gak apa?"

"Gak suka kepiting."

"Kalo gitu nyari keong."

"Lo kira di sawah." Haera terkekeh gemas, dirinya senang sekali membuat Mark kesal.

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang