•10•

3.5K 501 25
                                    

Berawal dari kata_

"Kalian tau gak, sih."

Berlanjut menjadi bahan ghibah.

Iya. Shiren, Nana sama Haera lagi ghibah dimeja paling belakang. Untung saja lagi jam kosong.

"Tau apaan?"

"Masa, si Bianca_

"Bentar Ren," Potong Haera sambil mengeluarkan beberapa camilan dari dalam tasnya. "Ghibah kurang lengkap, kalo gak ada camilan." Cengir Haera tanpa dosa.

"Ck!" Shiren hanya berdecak malas.

"Siapa tadi? Binasa?"

"Bianca!" Shiren dih emosian.

"Iya iya, Bianca kenapa?" Nana kalem aja, Shiren kalo di gas balik nanti ngamuk.

"Suka sama kak Mark." Kata Shiren melanjutkan acara ghibahnya.

"Bianca siapa sih, Ren?" Haera mengerutkan keningnya bingung, gak kenal sama Bianca.

"Itu loh, Ra. Anak kelas 3 yang modelnya kek cabe cabean." Nana ya, kalau ngomong suka bener.

Haera mengangguk heboh, "Oh, yang nempelin mas Raden terus itu, ya? Yang warna lipstiknya udah kayak ibu-ibu pejabat?" Tanya Haera dengan mata berapi api.

"Nah iya, roknya juga_ ih jijik banget gue." Shiren bergidik ngeri, "Ke sekolah kayak mau ke club aja, dih."

"Ih, dosa gak sih kita ghibah gini?" Tanya Haera polos.

"Ya dosa atuh, tapi kita kan gak ghibah. Tapi mengkritik." Kata Nana sambil mencomot keripik kentang dihadapan Haera.

"Kalau mengkritik itu didepan orangnya dodol. Ini kita namanya ngerumpi." Kata Shiren membenarkan.

"Rumpi no secret." Nana menirukan acara tv yang tidak pernah absen ia tonton.

ting

Tanda pesan masuk.

Mas Raden 👁️👄👁️

Nanti, istirahat pertama temuin gue dikantin

"AAAAWWW." Teriakan Haera membuat seisi kelas menatapnya tajam.

Haera hanya nyengir sebagai permintaan maafnya.

"Haera yaampun, bisa budeg nih kuping gue." Gerutu Nana sebal. Demi apa, suara Haera itu cempreng kayak ketawanya kuntilanak.

"Kenapa sih lo? Kesurupan?" Tanya Shiren ikut sebal.

"Oemji, mas Raden ngajakin ketemu dong nanti." Kata Haera sambil menunjukkan layar handphone yang menampilkan room chat-nya dengan Mark.

Bener kata Shiren, Haera udah kayak orang kesurupan. Senyum senyum sendiri ngeliatin layar handphone.

"Salah kirim kali, Ra." Nana mulai kompornya.

Haera mengerucutkan bibirnya dan menatap sinis Nana.

Haera kan baru terbang, tega banget Nana ngejatuhin ekspetasinya.

Tapi, gak mungkin salah kirim. Kalo emang iya bakal Haera botakin si Mark.

.
.

Akhirnya yang ditunggu Haera datang juga. Bel istirahat.

Dengan senang hati, tanpa mendengarkan gerutuan kedua sahabatnya. Haera pergi ke kantin sendiri, mau ketemu calon pacar, eh calon suami aja deh. Aamiin, doanya dalam hati.

Haera celingak-celinguk dipintu kantin, udah kayak anak hilang nyari emaknya.

Nah, ketemu. Eh tapi_

"Duduk!" Kata Mark sok memerintah.

Mark gak sendiri, ada cabe cabean disampingnya. Ngeliatin Haera udah kayak ngeliatin makanan aja, siap santap.

Haera senyum ajalah, biar gak dikira sombong. Padahal aslinya juga ogah.

"Nih, dari bunda." Mark menyodorkan sebuah paper bag kehadapan Haera.

"Ih, bunda baik banget. Bilangin makasih buat bunda ya mas Raden." Duh, Haera seneng banget, berasa udah dapet lampu hijau dari calon mertua.

"Hmm." Jawab Mark seadanya. Mark lagi makan batagor kesukaannya.

"Apa liat liat!" Dih, siapa yang ngeliatin sih. Cabe cabean emang gitu ya? Suka kepedean.

"Siapa yang ngeliatin, cuman mau bilang. Jangan deket deket sama mas Raden lagi." Kata Haera tanpa takut.

"Siapa lo, ganjen banget sok cantik!"

"Haera kan emang cantik, iya kan mas Raden?" Tanya Haera pada Mark yang masih sibuk makan.

"Iya." Mark bilang gitu sadar kok. Haera emang cantik, manis juga pipinya chubby. Gemes.

Mark gak sadar kalau jawabannya itu menyulut emosi Bianca.

"Asal lo tau, gue benci sama pengganggu kayak lo!" Tanpa aba-aba Bianca menarik rambut Haera yang terurai.

"Eh eh eh, aduh_
















a.n

Sijeuni jangan lupa streaming MV 90's love sama Work It💚

jangan lupa vote dan komentar juga😚

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang