•32•

2.4K 389 37
                                    

Pencet dulu bintangnya✨

.
.

"Ra, pulang bareng?" Mark tiba-tiba muncul di kelas Haera saat bel pulang sekolah berbunyi sepuluh menit yang lalu.

"Enggak, gue pulang bareng Chandra." Haera menjawab ketus sembari memasukkan beberapa buku pelajarannya kedalam tas.

"Tiba-tiba?" Mark bertanya heran.

"Apanya yang tiba-tiba?" Haera balik bertanya.

"Mau pulang bareng Chandra?"

"Soalnya Chandra janji mau ngajakin jalan sih besok weekend." Haera berdiri, melangkah menuju pintu kelas diikuti Mark yang seperti anak ayam mengikuti induknya.

"Kemana?"

"Dih, kok kepo."

"Enggak kepo, cuman tanya!" Mark jadi ngegas sendiri. Haera mengedikkan bahu acuh.

"Gak tau, kan yang ngajakin Chandra."

"Lo marah?" Mark jengah sendiri jadinya.

"Marah kenapa?" Tanya Haera dengan heran.

"Soal tadi di kantin." Jawab Mark membuat Haera mengangguk paham.

"Enggak, ngapain marah. Kan emang kenyataannya gue bukan pacarnya mas Raden." Haera menjawab santai. Ya, meskipun rada deg-degan sih. Sedikit.

"Gue minta maaf. Dan, jangan jalan sama Chandra." Mark menatap Haera dengan wajah memelas.

"Mas Raden kenapa sih?"

"Nurut sama gue sekali aja bisa? Jangan jalan sama Chandra." Mark menekankan kalimat terakhirnya.

"Kenapa gak boleh?"

"Enggak, pokoknya enggak." Mark tetap kekeuh dengan larangannya.

"Mas Raden aneh. Kayak cemburu pacarnya jalan sama mantannya aja." Kata kata Haera membuat Mark kicep.

Cemburu? Mark cemburu?
Enggak deh kayaknya.

"Pulang sama Jevan aja kalo gak mau pulang sama gue."

"Nggak mau, Jevan playboy."

"Ra__

"Kenapa sih? Chandra udah nungguin. Gak enak kalo tiba-tiba nolak."

"Jangan jadi orang gak enakan."

"Kenapa?"

"Nanya mulu lo kayak wartawan." Mark dengan semena-mena menarik ujung rambut Haera, membuat sang empunya mendesis sebal.

"Ck, yaudah." Haera bersungut-sungut, kentara sekali karena wajahnya kayak nahan boker.

"Nanti orang jadinya seenaknya sama lo."

"Kayak mas Raden, ya?" Haera menghentikan langkahnya. Menatap Mark agak sedikit mendongak karena perbedaan tinggi badan.

"Apa?"

"Ahh enggak, lupain." Haera kembali meneruskan langkahnya. Dalam hatinya bertanya-tanya : Mark ini spesies macam apa sih. Jadi orang kok gak ada peka-pekanya!

"Ra, beneran mau pulang bareng Chandra?" Haera menjawab dengan dehaman dan kepala mengangguk. "Kalo gitu hati-hati." Mark mengusap pucuk kepala Haera.

Duuhh lemah dedekk.

"Ra." Haera mendesis sebal. Mungkin, jika Haera ini memainkan peran dalam kartun, dikepalanya akan mengeluarkan asap saking jengkelnya.

"Apalagi sihh?!"

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang