•26•

3.1K 447 34
                                    

Gatel pengen update hehe~

Enjoy to reading~

.
.

"Gue takut gak bisa naksir cowok selain Mas Raden, demi deh!"
-Haera 2021

.
.

Sepoi angin dari rumput yang mulai menguning, seakan dengan sengaja menampar lembut wajah ayu Haera. Menerbangkan setiap helai rambutnya yang ia gerai.

"Kayaknya, gue bisa iklan shampo kalo terlalu lama disini." Ujarnya pada seseorang yang menjadikan pohon beringin sebagai sandarannya.

"Siapa tau aja lo bisa jadi duta shampo." Balasnya sambil tergelak pelan. Tangannya dengan sibuk mencomot telur gulung yang sudah dibumbui saus.

"Mas Raden?" Panggil Haera pada sosok disampingnya.

"Hm." Jawabnya hanya berdeham, sesekali menelan makanannya yang sudah susah payah dikunyahnya.

"Semisal," Ada jeda cukup panjang yang sengaja Haera ciptakan.

"Semisal lo beneran jadi duta shampo?" Tanya Mark sedikit bergurau.

"Gue serius!" Sungut Haera kesal.

"Gue juga serius. Kalo lo mau, gue ada kenalan orang yang punya produk shampo."

"Ck! Males. Gak lagi-lagi gue cerita." Lantas yang bisa Haera dengar hanya kekehan Mark.

Lalu dengan sengaja Mark mengacak gemas rambut Haera, demi mendapati delikan mematikan dari sang empunya.

"Ra, coba lihat langit." Titah Mark.

"Gak, males." Balasnya lugas.

"Gue serius."

"Gue juga serius." Haera menirukan Mark beberapa waktu lalu.

"Sini," Mark memposisikan Haera dalam pelukannya, kali ini Haera menurut. Karena memang ini yang ia butuhkan. Sebuah pelukan hangat. "Di langit, selalu ada jawaban, atas semua rasa sakit, kekhawatiran bahkan langit bisa menjawab pilihan." Katanya yang menurut Haera sok bijak.

"Tapi gue gak punya pilihan. Papa juga keluarga gue kan? Jelas banget. Kalo gak ada papa gak akan ada gue." Tanpa titah, air matanya menerobos keluar.

"Lo gak harus milih. Karena orang tua bukan termasuk pilihan."

Haera tidak menjawab, hanya menenggelamkan wajahnya diantara hangatnya pelukan Mark sore itu. Dengan bisikan semua akan berlalu. Namun, gundah dihatinya bahkan tidak pernah sirna.

🌻

Sepanci besar mie kuah rasa ayam bawang, tersaji menggugah selera diruang makan keluarga papi Johnny. Mereka berlima, termasuk Mark, ikut andil dalam menghabiskan kuah mie dengan hiasan cabai merah tersebut.

Setelah melakukan ritual menangisnya, Haera ingin langsung pulang saja, menghabiskan waktu hujan sore dengan keluarganya, katanya.

Hujan, mie kuah, dan segelas kopi adalah paduan yang sempurna, menurut Haera.

"Ra, lo mau tau sesuatu gak?" Tanya Dery disela-sela menyelupkan kerupuk ke kuah mienya.

"Apaan?"

"Beresin kamar gue dulu, baru gue kasih tau." Kata Dery sok seperti majikan.

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang