•15•

3.3K 484 13
                                    

Terhitung sejak 3 hari yang lalu, dokter mengatakan bahwa mami sudah melewati masa kritisnya. Tapi, selama itu pula tidak ada tanda tanda mami akan sadar.

Haera selalu datang ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Sebenarnya Haera ingin membolos saja, tapi mas Dery melarangnya keras. Nana dan Shiren juga sesekali ikut menemani Haera.

Haera memasuki kamar rawat mami, masih menggunakan seragam sekolahnya.

Papinya disana, duduk diatas sofa dengan laptop dipangkuannya.

Haera tidak tahu alasan kenapa papi menyalahkan dirinya atas kecelakaan mami. Bahkan papi enggan bicara dengannya. Papi mendiamkan Haera tanpa memberitahu alasan mami kecelakaan.

Canggung, Haera merasakan atmosfer berbeda saat dirinya mengambil tempat duduk disebelah ranjang mami.

"Kamu sudah tahu, kenapa papi mendiamkan kamu?" Papi angkat bicara. Tapi, kenapa perasaan Haera tidak tenang.

Haera menggeleng sebagai jawaban.

"Ayah kandung kamu mengancam mami," Haera menatap kaget sang papi. "Kamu tahu kan kalau kamu bukan anak kandung papi?" Haera mengangguk.

"Tahu darimana?" Pertanyaan sang papi membuat Haera terdiam, tenggorokannya tiba tiba tercekat.

"Haera." Panggilan dari papi membuat mata Haera berkaca kaca.

"Tante Diora." Jawab Haera pelan.

"Apa kata tante Diora?"

Haera mengingat hari itu..

Minggu ini dirumah Haera mengadakan acara arisan. Teman teman maminya mulai berdatangan.

"Duh Haera, tambah cantik aja." Tante Ratna mencubit pipi Haera gemas, Haera malah nyengir.

"Haera kelas berapa, sayang?" Tanya teman mami yang lainnya.

"Kelas 3 SMP tante." Jawab Haera seadanya.

"Haera kulitnya bagus ya, agak kecoklatan jadi gak terlalu pucat. Padahal mami, papi sama kakaknya kulitnya putih." Tante Ratna memuji kulit Haera yang terlihat eksotis.

"Namanya juga bukan anak kandung, jeng." Perkataan tante Diora membuat semua pasang mata menatap tante Diora penuh peringatan.

Haera tergugu, menatap sang mami yang mematung. Jantungnya berdegup kencang.

Apa memang benar?

"Mami," Haera mendekat ke arah mami, maminya menggeleng cepat.

"Haera anak mami, Haera anak kandung mami." Haera berlari menuju kamarnya, tidak menghiraukan panggilan dari maminya.

Apa kalian pernah mendengar, bahwa pembelaan yang kadang terdengar nyata dan menyenangkan malah aslinya palsu?

Haera sedang mempercayai itu.

Haera harus mencari buktinya sendiri.

.
.

Benar, dua hari setelah perkataan tante Diora. Haera bergegas mencari apa saja bukti yang menguatkan.

Mami dan papi hari ini ada acara kantor, mas Dery sedang berada disekolahnya, rumah kosong.

Haera? Iya, dia membolos.

Ia harus mencari bukti dikamar orang tuanya. Tidak terkunci. Apakah Haera terlihat seperti pencuri?

Pencariannya ia mulai dari almari.

Tidak ada.

Laci laci di meja kamar.

Tidak ada juga.

Tidak ada dimana mana.

Haera hampir menyerah, kenapa sulit sekali mencari bukti.

Kotak hitam.

Haera melihat kotak hitam dipojok ruangan, terhimpit oleh almari dan dinding.

Sial terkunci.

Haera mencari cara untuk membuat gembok tersebut terlepas. Ah iya! Jepit rambut maminya mungkin bisa.

Lima menit berlalu, kenapa susah sekali sih. Haera mulai panik.

Cklek

Akhirnya terbuka.

Haera buru-buru membukanya, ada buku diary, note, dan sebuah surat kotor, sepertinya darah.

Pertama Haera membuka surat yang terlihat kotor tersebut.

'Maaf mami, Haera lancang.' Batin Haera merasa bersalah.

Haera membukanya pelan, kenapa perasaanya kalut?

Benar, dada Haera sesak.

Air matanya tanpa sadar menetes, membentuk genangan di pipi tembamnya.

Haera memang benar anak kandung mami, tapi tidak dengan papi. Maminya korban pemerkosaan.

Kenapa mami mempertahankan Haera? Mami diancam, papi dan mas Dery akan dibunuh jika mami menggugurkan Haera.

Apakah selama ini Haera menjadi beban untuk mami?

Demi apapun itu, Haera membenci ayah kandungnya! Terlebih lagi, ia membenci dirinya sendiri.

Papi Johnny mendengar dengan seksama cerita Haera. Haera disampingnya, menangis sesenggukan dan menyalahkan dirinya sendiri.

Apakah dirinya pantas membenci Haera?



















a.n

mellow dulu, bucinnya belakangan :(

don't forget to vote and comment😚

Haera Story's [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang