09

892 158 5
                                    


start : 21/12/2020
finished : ?

---------------------------------------------------------

"Begitu ya.."

Jihoon langsung memasang wajah malas saat ku beritahu kalau besok aku pergi ke Busan.

"Tiga bulan bagi Junkyu memang tidak lama, bagiku sangat lama," rengeknya.

"Aku belum menanyakan pada Junkyu, tiga bulan itu lama atau tidak."

Aku ingin menyudahi pertemuan tak terduga ini. Rasanya setiap hari aku bertemu dengan Jihoon, tapi baginya tidak bertemu denganku sehari sama saja tidak bertemu seminggu.

"Kau mau satu lagi?" tawarnya. Mulutku penuh dengan jumeokbab (bola bola nasi) yang dia beli.

"Aku harus memastikan kau makan yang banyak dan tidak kekurangan satu apapun," ceramahnya.

"Aku ada kencan habis ini," ucapku. Kemudian Jihoon menggeleng, "sudah cukup, kau tidak boleh makan lagi. Nanti perutmu buncit."

Aku berdiri menenteng barang belanjaan ku. Jihoon ingin mengambilnya namun langsung aku pindahkan ke belakang.

"Aku pulang sebelum jam 9."

Apa pentingnya aku laporan dengan Jihoon? Tapi itulah kebiasaannya saat aku akan pergi.

"Terserah. Jangan repotin Junkyu," balasnya sinis.

"Aku titip Junkyu. Aku tidak tahu apa yang harus aku titipkan selain rumahku padamu. Ya.. titip rumahku dan Junkyu."

Bertahun-tahun mengenal laki-laki ini, aku tidak sadar dia bertambah tinggi. Rasanya sama saat aku berada di samping Junkyu, aku terlihat kecil tapi aku lebih keras kepala dibanding keduanya.

"Baiklah, sesekali aku tidur di rumahmu."

"Terserah."

Jihoon menghela napas berat, "kau serius tiga bulan di sana?"

Aku menghela napas lebih berat lagi, "hampir satu dekade aku tinggal sendirian, tidak ada yang perlu kau cemaskan."

Akhirnya aku bisa melihat Jihoon tersenyum lebar sambil membuka kedua lengannya lebar-lebar.

"Parfummu sangat menyengat, aku tidak mau."

"Ini Jo Malone. Aku bahkan menghadiahkan Junkyu satu botol."

"Junkyu tidak pakai parfummu, parfum kami samaan."

Jihoon berdecak kesal, "aku mau cari pacar saja."

Jihoon sudah menyerah. Aku menepuk kepalanya dua kali meskipun sedikit tidak sopan karena dia lebih tua beberapa bulan dariku.

"Aku benar-benar pergi kali ini."

Aku meras tubuhku melayang ke depan. Aroma Jo Malone  yang katanya parfum Jaehyun NCT itu menyeruak.

"Tidak bisa, aku harus memelukmu meskipun sekali seumur hidup."

Pelukannya lebih erat daripada pelukan Junkyu tempo hari. Pelukan ini masuk dalam kategori pelukan sesama pria, benar-benar kuat dan penuh emosi.

"Aku bisa mati.."

"Pergilah," ucapnya setelah melepas pelukan.

Bukan aku yang pergi, Jihoon duluan yang memutar tubuhnya menjauh di keramaian. Siapa yang tidak akan merindukannya? Dia melangkah mundur saja, perasaan rindu itu muncul sedikit demi sedikit.

HOLD | Kim Junkyu [TREASURE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang