start : 21/12/2020
finished : ?---------------------------------------------------------
Aku kembali.
Kembali bekerja di minimarket milik keluarga teman Jihoon sambil menunggu kapan aku diterima bekerja sesuai bidang studi. Junkyu masih mendorongku untuk mengambil profesi sebagai jurnalis arkeologi. Aku tidak menolaknya, namun masih menjadi pertimbangan dan mungkin jalan terakhir kalau lamaran kali ini gagal lagi.
Hari ini aku harus ekstra bekerja sampai malam. Shift malam memang bukan jatahku melainkan Jihoon, tetapi melihat kondisinya yang lesu membuatku tidak tega.
Barusan Jihoon cerita kalau hubungannya dengan Heejin tidak sespesial itu, tidak sama dengan terakhir yang aku lihat setelah sidang komprehensif. Rangkulan dan pelukan Jihoon hanyalah sebagai teman biasa bagi Heejin. Haha, dari awal aku juga sangsi.
"Dunia belum berakhir hari ini," ucapku sambil menancapkan sedotan susu.
Jam satu malam, minimarket semakin sepi, makin banyak waktu santai bagi kami. Fakta bahwa kami hidup sendiri bukanlah masalah jika berkeliaran jam segini. Terlebih aku, siapa yang berani melarang? Junkyu? Aku saja belum menerima balasan pesan darinya.
"Kau sesuka itu dengannya?" tanyaku.
"Siapa yang tidak suka dengannya? Kau juga pernah bilang ingin jadi temannya, kan?"
"Kau ngotot begini bukan karena ingin mematahkan mitos wanita dan pria tidak bisa murni sahabatan?"
"Astaga Johyun! Aku bukan perebut pacar orang."
Aku tertawa pelan, aku suka saat Jihoon frustasi seperti ini.
"Aku pikir cinta bukan hal penting saat ini. Maksudku, ayolah, cinta bisa dicari."
"Beda tanggapan kalau kau sendiri sudah pacaran," balas Jihoon dengan penekanan.
Diam adalah jalan yang paling benar. Aku tidak mendapatkan solusi apapun demi menaikkan mood Jihoon lagi.
"Kau tidak pulang?"
"Pengangguran sepertiku sudah muak berbaring di kasur sepanjang hari," ucapku.
"Junkyu tidak menyuruhmu pulang?"
"Dia bukan tipe laki-laki seperti itu." Ya, aku menyetujui perlakuan Junkyu yang tidak banyak melarang ku berbuat ini itu selama masih dalam kategori aman, tetapi kebiasaannya slow respon semakin membuatku jengkel.
"Ayo beres-beres, angin malam ini tidak bagus. Aku rasa dalam waktu lima menit hujan turun," prediksi Jihoon jarang meleset. Dia cocok bekerja di BMKG.
"Berarti nanti aku kehujanan."
"Makanya bawa payung," sewot Jihoon, ia melempar payung yang terlipat ke arahku. Jihoon mengambil alih menutup minimarket sedangkan aku menaikkan bangku-bangku di luar.
"Tunggu, payungnya cuma satu?"
Jihoon menoleh dan mengangguk sekilas.
"Kau pakai apa?"
Belum sampai lima menit, rintik hujan turun.
"Sepayung berdua, ya" tawarku.
"Aku pakai jaket anti air," tolak Jihoon.
Setelah menutup minimarket, Jihoon langsung berlari kecil meninggalkanku. Tubuh laki-laki itu menghilang di belokan gang, kemudian digantikan oleh sosok dengan jas hujan biru yang perlahan datang mendekat.
Sosok yang hari ini tidak membalas pesanku. Apa Jihoon sengaja meninggalkanku tanpa aba-aba karena Junkyu berada di dekat sini juga?
"Aku lihat Jihoon berlari, kenapa dia hujan-hujanan?"
"Tanyakan sendiri," aku kesal melihatnya. Aku tidak tahu menahu apa saja yang Junkyu lakukan hari ini dan dia muncul begitu saja tanpa memberi penjelasan.
"Kau marah padaku?"
Aku terus berjalan, pendengaran ku sedikit terganggu tapi aku tahu Junkyu sedang berbicara.
"Johyun, maaf. Aku lembur laporan hari ini, ponselku sengaja aku matikan supaya bisa fokus dan pulang cepat." Junkyu mensejajarkan langkahnya denganku sambil membesarkan suaranya yang lembut itu.
"Kau lelah, kan?" tanyaku singkat.
"Iya.."
"Jangan banyak bicara, cepat pulang ke rumahmu."
"Aku antar kau dulu."
"Junkyu, aku bisa pulang sendiri." Aku menatap matanya yang lelah di bawah guyuran air hujan deras.
Ia memejamkan matanya sebentar, mata lelah itu menjadi tajam, "aku antar atau tidur di rumahku. Aku tidak bisa biarkan kau pulang sendiri."
Aku mengecek ponsel, membuka kalender, besok hari minggu. Ah, bukan, hari ini sudah hari minggu.
"Oke aku menginap."
Sesampainya di rumah Junkyu, aku langsung meminjam baju kaosnya. Entah berapa banyak baju kaos Junkyu di lemariku. Kami memang jarang bertemu, tetapi rumah Junkyu selalu terbuka kapanpun aku sedang ingin mengganti suasana kamar.
"Kau tidak tidur?" suara Junkyu memberat dari balik kamar mandi, hari yang melelahkan.
"Duluan saja," balasku tanpa menoleh, lebih tertarik dengan aroma hujan yang khas dari balik jendela.
"Kau bekerja seharian bukannya lelah juga? Atau mau aku peluk?"
Aku berdecih sinis, "tidak selelah kau. Jangan perlakukan aku seperti pasien terus, aku tidak suka."
Dari pantulan jendela aku bisa melihat rambut Junkyu yang acak-acakan, tubuhnya masih belum berbaring.
"Kenapa aku tidak tenang kalau kau belum tidur, Johyun?"
Junkyu merenggangkan tubuhnya yang pegal dan melirik ke arah kasur dan ke arahku berulang kali. Bibirku terulas senyuman geli.
"Apa lagi?" aku sengaja memasang wajah kesal.
"Ini pertama kalinya kau menginap dan kau tidak tidur. Aku harus bagaimana?"
"Ya, tinggal tidur."
"Tidak bisa."
"Tapi matamu kedip-kedip terus."
"Ayolah," bujuknya sampai alisnya mengkerut. Ia menarik tanganku sampai limbung menabrak dadanya, meskipun Junkyu lelah pegangannya pada bahuku sangat erat. Ia bersikeras supaya aku ikut tidur di sampingnya. Junkyu tidak punya pilihan lain, kamarnya hanya satu, dan dia terlalu lelah dan bukan dirinya kalau berniat aneh-aneh.
"Aku tidak punya guling, kau saja ya.." suaranya mengecil dalam hitungan detik setelah menaruh dagunya di atas kepalaku. Pelukannya tidak bikin sesak sama sekali, aku menyukai sifat Junkyu yang ini meskipun kesannya aku seperti pasien yang butuh penyemangat.
Deruan napas halusnya memanjakan telingaku, aneh kenapa aku tidak mengantuk sama sekali. Aku ingin keluar dari pelukannya tapi di lain sisi aku tidak mau. Johyun, kau sudah tua kenapa semakin labil?
Hmm, aku jadi teringat saat pertama kali kami bertemu. Aku tidak tahu pelukannya sehangat ini. Orang-orang yang berpartisipasi dalam eksperimen Junkyu pasti tidak merasakan balasan pelukan hangat seperti yang aku terima saat ini.
Ibu, ayah.. Maaf, putrimu sudah berani tidur seranjang dengan laki-laki.
©joaapark
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD | Kim Junkyu [TREASURE] ✔️
Short StoryMereka memulai hubungan tanpa rasa sayang melainkan dengan rasa suka yang tidak dapat didefinisikan baca HUG dulu ya biar paham ©joaapark